
MATA INDONESIA, JAKARTA – Kabar mengejutkan datang National Institute on Drug Abuse (NIDA). Lembaga riset itu menyebutkan sebanyak 20,09 persen pengguna rokok elektrik adalah siswa SMA.
Persentase itu naik dua kali lipat dalam 30 hari terakhir. Seperti mengutip Reuters, Senin 17 Desember 2018, NIDA mengklaim pengguna rokok elektrik itu berasal dari siswa kelas 10 dan 12.
Jumlah tahun ini melonjak dibandingkan tahun sebelumnya untuk setiap substansi yang pernah diukur oleh survei. Survei yang melibatkan 44.000 ribu siswa di Amerika Serikat ini juga menunjukkan penggunaan rokok elektrik yang mengandung nikotin, atau e-cigarette meningkat hingga 30 persen selama tahun lalu.
Dalam survei tahunan yang juga mengukur penggunaan zat lain termasuk marijuana, alkohol, dan opioid ini, memiliki sampel lebih dari 44.000 siswa dari kelas 8, 10, dan 12 di sekolah pemerintah dan swasta AS.
Untuk mengurangi dampak dan bertambahnya jumlah pengguna rokok elektrik, Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) setempat mengumumkan pembatasan baru pada produk tembakau beraroma, termasuk e-cigarette.
Peningkatan penggunaan rokok elektrik dikarenakan mudahnya mendapatkan perangkat dan liquid (cairan rokok elektrik) yang mengandung nikotin. Produsen rokok elektrik, termasuk Juul Labs Inc yang berbasis di San Francisco, juga menghadapi pengawasan dari FDA.
Juul menyatakan pada bulan November perusahaannya akan menarik rasa yang populer seperti mangga, mentimun dan buah dari banyak toko ritel untuk mengurangi penggunaan produknya oleh remaja.