
MATA INDONESIA, JAKARTA – Tidak semua orang Cina itu memiliki catatan buruk terhadap bangsa ini. Sebab ada juga orang keturunan Cina yang memberikan kontribusi besar terhadap perjalanan kemerdekaan Indonesia.
Inilah 5 orang keturunan Cina yang tercatat sebagai pahlawan dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Yuk intip!
1. John Lie Tjeng Tjoan.
Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia karena jasanya dalam perang kemerdekaan. Pada tahun 2009 pemerintah juga menganugerahi pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 9 Maret 1911 ini Bintang Mahaputra Adipradana.
Bahkan untuk mengenang jasanya, sebuah kapal perang TNI AL diberi nama KRI John Lie (358).

Menurut kesaksian Jenderal Besar AH Nasution pada 1988, prestasi John Lie tiada taranya di Angkatan Laut, karena dia adalah panglima armada pada puncak-puncak krisis eksistensi Republik.
Ia ikut dalam operasi-operasi menumpas kelompok separatis Republik Maluku Selatan, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, dan Perjuangan Rakyat Semesta.
Jhon Lie atau yang dikenal Jahja Daniel Dharma, sebelum memulai karirnya di Angkatan Laut RI adalah anggota Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS).
2. How Wan Moy
Tika Sriwati atau Ho Wan Moy merupakan anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan Laskar Wanita Indonesia. Dalam masa perjuangan melawan kolonial Belanda, Tika menjadi penunjuk jalan bagi pejuang dari Jakarta ke tempat-tempat persembunyian tentara di pegunungan Banjar.
Lalu ia belajar merawat pejuang yang terluka. Kemudian ia menangani logistik bagi para tentara dan merangkap sebagai mata-mata Siliwangi.

Tentu menjadi mata-mata bagi pejuang siliwangi tidak lah mudah, jiwa raga dan menahan rasa takut harus dirasakan.
3. Liem koen Hian
Dalam masa perjuangan kemerdekaan, Liem yang berprofesi sebagai wartawan mendirikan Partai Tionghoa Indonesia yang bertujuan untuk mendukung gerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia tercatat sebagai pemimpin redaksi Sin Tit Po (Desember 1929—1932).

Sementara peran Liem dalam kemerdekaan Indonesia yakni ikut merancang UUD 1945. Pada 1945, ketika pemerintah Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, Liem dipilih menjadi salah seorang anggotanya.
Kemudian pada 1947, Liem ikut serta sebagai salah seorang anggota delegasi RI dalam Perundingan Renville.
4. Ferry Sie King Lien
Ada hal menarik dari kisah perjuangan Sie King Lien melawan penjajah Belanda. Ia ditugasi bersama keempat rekannya, yakni Soehandi, Tjiptardjie, Salamoen dan Semedi untuk melakukan perang urat syaraf di antaranya dengan mencoret-coret tembok dan menyebarkan selebaran yang berisi perlawanan terhadap Belanda.
Perang urat saraf ini sangat penting bagi perjuangan Indonesia, yakni menurunkan moril dan menangkis propaganda yang dilancarkan Belanda. Tak hanya itu, tindakan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pemerintah RI masih eksis di Kota Solo.
Salah satu coretan yang paling mengena saat itu adalah eens kompt de dag dat Republik Indonesia zal herrijzen yang berarti ‘pada suatu hari Republik Indonesia akan muncul kembali’.
Namun naas, nasib anggota Tentara Pelajar Subwehrkreise 106 Arjuna ini berakhir ketika dia dan keempat temannya disergap Belanda. Meski membawa sebuah senapan mesin, namun mereka kalah jumlah. Kontak tembak terjadi, sejumlah peluru mengenai tubuh Sie King Lien dan Soehandi. Keduanya tewas di tempat dan ketiga rekannya berhasil lolos.
Berkat perjuangannya, pemerintah Indonesia memutuskan memindahkan makamnya dari pemakaman umum ke Taman Makam Pahlawan Taman Bahagia, Solo.
5. Marsekal Pertama Sugandhi (Gan Sing Liep)
Gan Sing Liep adalah seorang pemuda keturunan Tionghoa yang pernah ikut melakukan operasi militer pembebasan Irian Barat. Dalam dunia militer ia tercatat sebagai petinggi Angkatan Udara RI.
Pada tahun 1950 ia bersama rekannya The Tjing Hoo dan 48 pemuda lainnya dikirim untuk sekolah pilot ke Amerika Serikat. Lulusan Trans Ocean Airlines Oakland Airport di California ini kemudian yang jadi tulang punggung Angkatan Udara RI.
Beberapa nama yang menjadi teman satu angkatan Sugandhi adalah Laksamana Madya Udara Omar Dani dan Marsekal Saleh Basarah. Keduanya pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara.