
MATA INDONESIA, JAKARTA – Sejak mulai diperingati pada 1996 lalu oleh PBB, Hari Toleransi Internasional telah menjadi sebuah momen penting bagi dunia agar terus saling menghormati perbedaan dan menggaungkan perdamaian.
Tak terkecuali di Indonesia dengan ratusan elemen yang berbeda dari suku, ras sampai agama. Toleransi seolah jadi jantung utama negara kita tetap berdiri tegak hingga kini. Tapi, tetap saja, toleransi tanpa ada sosok yang menjaganya pasti akan rapuh perlahan.
Dulu, Indonesia punya sosok besar Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang diagung-agungkan semua agama di Indonesia. Negara kita juga pernah punya sosok Nurcholis Madjid dengan gagasan pluralisme yang mendunia. Indonesia selalu punya tokoh-tokoh toleransi yang besar hingga saat ini.
Nah, kali ini Mata Indonesia mencoba merangkum beberapa sosok masa kini yang pantas disebut sebagai Bapak Toleransi di Tanah Air. Gagasan dan sikap mereka yang penuh hormat terhadap perbedaan telah menghadirkan nuansa sejuk dalam berbangsa dan bernegara. Siapa saja mereka, berikut sosoknya:
1. Ahmad Mustofa Bisri
Gus Mus, begitu ia biasa dipanggil. Sosoknya sederhana, murah senyum dan berenergi, meski usianya tak lagi muda. Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai seorang ulama dan tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU), sebagian mengenalnya sebagai sastrawan dan penyair.
Ceramah dan nasihat-nasihatnya sesejuk embun pagi. Syair-sayirnya kuat dan membangun kesadaran. Gus Mus adalah contoh sosok yang peduli pada tegaknya toleransi di Tanah Air, tanpa memandang perbedaan sebagai sesuatu yang harus dipersoalkan.
2. Presiden Joko Widodo
Presiden murah senyum ini sudah melewati banyak badai fitnah yang menyerangnya. Mulai dari dituduh komunis PKI, keturunan Tionghoa, antek Yahudi, Syiah, sampai anti-agama, namun ia tetap saja tak menanggapi fitnah itu dengan sikap balik menyerang. Jokowi tetap sabar, ia sadar sebagai presiden harus menunjukkan sikap yang lembut dan toleran di hadapan masyarakat Indonesia.
“Saya yakin jika masyarakat Indonesia ingin tetap bersatu, toleran, dan peduli terhadap sesama anak bangsa, maka Indonesia bukan lagi hanya nama atau gambar dari rantai pulau di peta dunia, melainkan sebuah kekuatan yang dihormati oleh negara lain di dunia,” kata Jokowi dalam pidato tahunannya, 17 Agustus 2018.
3. Quraish Shihab
Dari semua penafsir yang ada di Indonesia, Prof Quraish Shihab berada di nomor wahid. Kemampuannya menafsirkan Alquran sudah bukan sesuatu yang harus dipertanyakan lagi. Hebatnya, mantan Menteri Agama RI ini tak pernah menggunakan kemampuannya untuk kepentingan golongan tertentu atau untuk menjatuhkan orang lain.
Seluruh Indonesia juga tahu. Saat Prof Quraish menyampaikan ceramah-ceramahnya di televisi atau media manapun, ia selalu menyodorkan pesan-pesan damai dan menyejukkan. Tak pernah kata kasar keluar dari bibirnya. Sosoknya pun begitu sederhana.
4. Jusuf Kalla
Dia bukan seorang ulama, dia adalah pebisnis. Tapi, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) punya jasa besar dalam menciptakan perdamaian di Tanah Air. Ia adalah sosok yang berani pasang badan di tengah-tengah konflik yang sempat bergulir di Indonesia, seperti konflik Ambon, Poso dan Aceh.
Saat konflik Ambon bergulir, JK adalah juru damai yang menggagas pertemuan Malino I dan Malino II. Begitupun saat ia meredam konflik di Poso. Lalu, JK adalah orang paling berjasa dalam membawa perdamaian di Aceh. Ia menjadi juru damai antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pertemuannya berlangsung di Helsinki, Finlandia.
5. Nazaruddin Umar
Ia adalah Imam Besar Masjid Agung Istiqlal Jakarta. Nazaruddin adalah seorang tokoh yang berada di depan dalam menentang semua bentuk terorisme yang ingin menganggu kedamaian dan merusak persatuan di Indonesia.
Ulama kelahiran Bone, Sulawesi Selatan tahun 1959 ini sebelumnya adalah Wakil Menteri Agama. Ia juga adalah termasuk salah satu tokoh pendiri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Nah, dari kelima sosok ini, apakah ada lagi yang perlu ditambahkan? (Ryan)