Headline
Akibat Ulah Iran Pemerintah Akhirnya Naikkan Harga BBM
Pertamina pun tak kuasa mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi setelah lonjakan harga minyak dunia yang menyentuh 80 dolar AS per barel

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pertamina dan Pemerintah Indonesia akhirnya tak kuasa mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi maupun subsidi setelah lonjakan harga minyak dunia yang menyentuh 80 dolar AS per barel.
Terhitung sejak Rabu 10 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB harga seluruh BBM seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Biosolar dinaikkan.
“Itu merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik,” kata External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita di Jakarta, Rabu.
Di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax misalnya menjadi Rp 10.400 per liter dari sebelumnya Rp9.500 per liter.
Ada pun Pertamax Turbo dibanderol Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar Non PSO Rp.9.800 per liter.
Sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menaikkan harga Premium dari Rp6.550 per liter menjadi Rp7000 per liter.
Sementara kenaikan harga minyak dunia merupakan ulah Iran yang menurunkan ekspor minyak mentahnya akibat rencana Pemerintah Trump menjatuhkan sanksi 4 November 2018. Hal itu diperparah dengan tutupnya produsen minyak di Teluk Meksiko akibat Badai Michael.
Iran, produsen terbesar ketiga OPEC (perhimpunan negara-negara eksportir minyak) dengan volume 1,1 juta barel minyak mentah per hari (bph) seperti dicatat perusahaan intelijen bisnis Refinitiv Eikon.
Sebuah sumber industri yang juga melacak ekspor mengatakan pengiriman Oktober sejauh ini kemungkinan besar di bawah satu juta barel per hari. Jumlah itu berarti turun dari sekitar 2,5 juta barel per hari pada April.
November nanti Trump’s tetap akan menjatuhkan sanksi akibat proyek-proyek nuklir Iran. Sanksi itu berupa pelarangan impor minyak mentah dari Iran kepada seluruh negara mitra Amerika Serikat.
Ancaman itu semakin menguat karena Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi global sebanyak dua persen dari awalnya 3,8 persen menjadi 3,7 persen.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menegaskan tidak ada negara mana pun yang bisa menggantikan pasokan minyak dari negaranya, sekali pun Arab Saudi. (kris)