News
Alisa Wahid : “Data 40 Masjid yang Terpapar Radikalisme Hasil Penelitian”

MATAINDONESIA.ID, JAKARTA – Putri sulung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid mengaku tidak menyangka 40 masjid di Jakarta terindikasi paham radikal. Alissa yang juga Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian hadir dalam pertemuan di Istana Negara, yang diinisasi Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo, Senin (4/6) lalu.
“Kemarin (Senin) ada pertemuan sama Pak Jokowi, saya sampaikan di situ. Saya juga gak kira itu (pembahasan soal masjid) dibawa keluar,” kata Alissa, Rabu (6/6). “Kemarin saya ngomong gitu karena pertemuannya tertutup,” lanjutnya.
Alissa mengungkapkan 40 masjid yang terindikasi paham radikal itu merupakan hasil penelitian dan survei dari 100 masjid di Jakarta. Survei itu dilakukan pada saat khotbah salat Jumat.

“Satu penelitian yang meneliti khotbah Jumat di 100 masjid di Jakarta, dari 100 masjid, 40 masjid membawa pesan radikal,” ungkap Alissa.
Khotbah Jumat yang terindikasi paham radikal, kata Alissa, karena bermuatan hal-hal seperti ekslusivisme agama dan memusuhi kelompok lain.
“Khotbah Jumatnya bermuatan radikal, bermuatan ekslusivisme agama, jadi memusuhi kelompok lain kemudian ada sentimen anti-anti,” jelasnya.
Meskipun demikian, Alissa mengaku penelitian ini belum selesai dan belum dipublikasikan. Ia mengaku tidak berhak memaparkan lebih jauh, sebelum bertanya kepada tim peneliti.
“Ini sebetulnya belum dipublikasikan dan lagi diselesaikan. Nanti saya tanya tim peneliti, kapan akan dipublikasikan ke masyarakat. Organisasinya kalian kenal, kok,” pesannya.
Sementara itu Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno pun menanggapi isu tersebut. Dia mengaku memiliki data nama masjid yang menjadi tempat pengajaran paham radikalisme.

“Kita kroscek di Biro Dikmental memang ada beberapa yang kita pantau dan tentunya tidak mungkin kita umum-umumkan. Akhirnya nanti menjadi perpecahan,” kata Sandiaga, di Masjid Hasyim Ashari, Jakarta Barat, Rabu (6/6).
Sandiaga mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membina masjid-masjid tersebut. Sebenarnya Biro Pendidikan Mental dan Spiritual bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia cabang Jakarta dan Majelis Ulama Indonesia secara rutin melakukan pembinaan masjid-masjid.