HeadlineKisah

Bangga, Lima Warga Indonesia Ini Dapat Nominasi Nobel

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada 10 Desember 1901 pertama kali hadiah nobel diberikan untuk memperingati lima tahun wafatnya Alfred Nobel seorang industrialis Swedia yang terkejut karena penemuannya, dinamit, dimanfaatkan untuk tujuan merusak. Dia ingin agar penghargaan Nobel diberikan kepada mereka yang berjasa besar bagi kemanusiaan.

Hingga di usia penghargaan itu yang 117 tahun ini belum ada seorang Indonesia pun yang menerimanya. Tetapi kita boleh berbangga karena sedikitnya lima anak bangsa ini sempat dinominasikan menerima penghargaan prestise tersebut.

1.Septinus George Saa

Septinus George Saa atau yang akrab disapa Oge diharapkan bisa membawa pulang hadiah Nobel bidang Fisika karena pernah memenangi lomba First Step to Nobel Prize in Physics tahun 2004.                                                                                                                Saat dia menyampaikan hasil penelitiannya itu tidak sedikit pun mendapat bantahan dari para juri yang notabene adalah para pakar fisika di dunia. Bahkan, dia membuat rumus yang diberi nama George Saa Formula.                                                                        Dari hal siitulah, Oge banyak mendapat tawaran beasiswa dari banyak negara. Bisa dikatakan, ia menjadi rebutan dunia. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika Oge suatu saat nanti bisa dianugerahi Nobel Fisika.                                             

2. Pramoedya Ananta Toer
Empat novel Tetralogi Buru yang ditulisnya di Pulau buru, mengantarkannya masuk nominasi nobel bidang kesusasteraan tahun 2004. Tetralogi itu terdiri dari empat buah novel yaitu Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988).

Pram sempat bergurau pada adiknya, Koesalah Soebagyo Toermengenai bahwa ia akan mendapatkan Nobel di tahun 2004. Kejadian tersebut diceritakaan Koesalah dalam buku Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali: Catatan Pribadi Koesalah Soebagyo Toer.

Tahun berikutnya, 2005 Pram juga disebut-sebut kembali masuk kandidat penerima Nobel Sastra. Namun ternyata penghargaan tersebut gagal lagi digenggamnya.

Sejumlah isu pun muncul menanggapi kegagalan Pram. Diantaranya adalah penerjemahan karya Pram ke bahasa Inggris yang buruk. Sehingga nilai kesustraannya berkurang.

3. Taruna Ikrar
Seorang dokter asal Indonesia juga pernah diajukan sebagai penerima hadiah Nobel di bidang Kedokteran tahun 2016. Dia adalah Taruna Ikrar yang diajukan University of California, Amerika Serikat.

Pengajuan tersebut didasarkan pada penemuan-penemuannya yang dianggap luar biasa sampai berjumlah 63 penemuan. Tiga di antaranya telah dipatenkan. Penemuannya itu antara lain alat yang mencegah manusia mengalami gangguan jiwa akut dan alat yang mempercepat proses recovery seseorang.

Akan tetapi, dia belum berhasil memboyong Nobel untuk Indonesia. Saat ini, ia bekerja di California sebagai ilmuwan, pengajar, dan dokter. Dia berharap bahwa penemuannya dapat diterapkan di Indonesia.

4. Herman Wainggai
Laki-laki Papua ini dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia (HAM) yang terkenal di dunia internasional berjuang untuk Papua Barat. Herman bersikukuh agar Papua Barat bisa lepas dari Indonesia.

Berdasarkan anggapannya, Papua Barat terlalu menderita akibat perlakuan pemerintah Indonesia. Dia membawa perjuangannya tersebut hingga ke dunia internasional. Putra Papua itu bahkan berkoordinasi dengan PBB dan universitas-universitas ternama untuk mewujudkan impiannya.

Herman diajukan sebagai penerima Nobel Perdamaian tahun 2016 oleh George Mason University. Pengajuan tersebut dilakukan karena Herman dianggap mempunyai metode perjuangan HAM yang luar biasa dan tanpa kekerasan.

5. Basuki Tjahja Purnama
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipromosikan sebagai salah satu calon penerima hadiah Nobel Perdamaian 2017 setelah diusulkan melalui laman ahokfornobel.com.

Dalam situs itu Ahok disebut merupakan tokoh politik yang unik dan sangat populer. Ahok dikenal sebagai politisi bersih yang terus berjuang melawan korupsi untuk membuat Jakarta menjadi kota metropolitan yang sejajar dengan kota-kota besar lainnya di dunia.

Ahok diharapkan mendapat nobel perdamaian saat itu namun banyak yang menganggap usulan ini tidak masuk akal karena dia terlibat kasus penistaan agama yang menimbulkan perpecahan. Bahkan, ada yang menganggap bahwa usulan tersebut hanyalah hoax.

Sekarang belum bisa, semoga dalam waktu dekat ada orang Indonesia yang berhasil meraihnya. (Nefan Kristiono)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close