Politik
Beberapa Simpatisan Asal Indonesia Mengaku Dikecewakan ISIS

Jakarta (MI) – Kekecewaan datang selalu datang diakhir suatu peristiwa, itulah risalah Nurshardrina Khairadhinia yang mengaku berhasil membujuk keluarganya untuk pindah ke Suriah bergabung dengan ISIS dan belakangan mengaku kecewa terhadap janji-jani yang ditawarkan ISIS.
Menurut pengakuanya, remaja usia 17 tahun dua tahun lalu terpikat dengan tawaran-tawaran ISIS yang disampaikan secara online di media sosial. ISIS menawarkan pendidikan gratis, memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi perempuan, membayar utang ayah dan pamannya, dan memberikan pekerjaan adik kandungnya laki-laki.
Bonus terbesar yang disediakan ISIS adalah kesempatan hidup dalam masyarakat Islam yang ideal.
Karena gambaran tersebut lanjut Nurshardrina, beberapa bulan setelah ekstrimis ISIS mendeklarasikan kekalifan di wilayah yang dikuasai di Suriah dan Irak pada musim panas tahun 2014, keluarga Nurshardrina pun bersuara bulat untuk hijrah dan bergabung dengan ISIS di Suriah. Anggota keluarga kemudian menjual rumah mereka, mobil dan perhiasan emas, dan mengumpulkan uang sebesar US$ 38 ribu atau setara Rp 506,6 juta untuk biaya perjalanan ke Turki dan ke Suriah, jelasnya.
“Ini tempat yang baik untuk tinggal dalam damai dan adil, dan Insyallah, setelah hijrah, akan akan pergi ke surga. Saya ingin mengajak semua keluarga saya… kami ingin selalu bersama saat hidup dan setelahnya,” kata Nurshardrina saat diwawancara AP di tempat perlindungannya di markas tentara Kurdi di Raqqa, Suriah awal Agustus 2017, sebagaimana dilansir, Tempo (7/8).
Namun cerita indah yang dibayangkan Nurshardrina tinggal di angan-angan setibanya di Suriah, keluarga Nurshardrina tidak sendirian menjadi korban penipuan.Ribuan orang dari Asia, Eropa, Afrika, Amerika Utara yang mengejar impian untuk hidup di satu masyarakat Islam seperti di iklan-iklan ISIS, video propaganda, blog online dan media sosial lainnya telah menjadi korban penipuan ISIS, ternyata keadaan yang dialami jauh dari apa yang sebelumnya diimpikan.
Menanggapi hal tersebut Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Muhammad Lalu Iqbal mengatakan pihaknya sudah mengetahui keberadaan 17 WNI itu di Ain Issa dan Kobane, Suriah. Mereka terdiri dari 12 anak dan perempuan serta 5 laki-laki dewasa. Kemenlu menerima data ini dari pihak keluarga.
Dia menjelaskan Kemenlu terus melakukan upaya untuk berkomunikasi dengan mereka dan dengan pihak-pihak yang menangani mereka di kedua lokasi tersebut. Selain melakukan upaya kemanusiaan, juga dilakukan risk assessment terhadap 17 WNI tersebut,” kata Iqbal kepada awak media di Jakarta, Senin, (7/8). (TGM)