
MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemahaman pendidikan agama Islam secara benar menjadi satu cara untuk memerangi radikalisme di Indonesia. Sebab radikalisme muncul akibat kesalahan dalam memahami agama Islam.
Hal tersebut untuk menjawab adanya laporan 41 dari 100 masjid di lingkungan kementerian, lembaga dan BUMN yang terpapar radikalisme berdasarkan laporan Badan Intelijen Negara (BIN).
Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Bidang Mesjid dan Dakwah, KH Abdul Manan Ghani, ketika seseorang salah memahami agama maka akan muncul keinginan lain yang menentang kebijakan suatu negara. Hal itulah yang menyebabkan lahirnya radikalisme.
Selain memperbaiki pemahaman agama, lanjut Abdul, hal lain yang dapat dilakukan adalah membangun tali persaudaraan sesama umat. “Seperti meningkatkan persaudaraan sesama orang beriman, persaudaraan sebangsa dan setanah air, saudara kemanusiaan,” kata Abdul menjawab MataIndonesia.id beberapa waktu lalu di Jakarta.
Paham radikalisme di Indonesia sudah ada sejak awal kemerdekaan yang dipelopori oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dengan membentuk Negara Islam Indonesia (NII).
NII, kata dia, saat itu berkolaborasi dengan kelompok teroris Al Qaeda dan Taliban Afghanistan. Ia pun mengakui jika hingga saat ini kelompok penentang NKRI tersebut masih ada dan terus berkembang mengajarkan paham radikalisme.
Menurut dia, apa yang dilakukan Kartosoewirjo melanggar landasan negara yakni Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. “Indonesia sudah mayoritas Islam, kok mau di jadikan negara timur tengah. Justru dengan keberagaman yang ada di Indonesia bisa memberikan contoh Islam yang baik bagi negara lain,” kata dia. (Yurinta Aisara)