News
Berhasil Bangkit dari Krismon 98, Ini Pujian Bos IMF untuk RI
Perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun lalu.

MATA INDONESIA, BALI-Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde memuji keberhasilan Indonesia bisa bangkit dari krisis Moneter (krismon) tahun 1998.
Menurutnya, perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun lalu. “Kita lihat Indonesia sudah bisa melewati krisis keuangan. Ada peningkatan yang signifikan sekali dalam perekonomian Indonesia dan ini luar biasa hebat,” kata Lagarde dalam konferensi pers di BICC, Nusa Dua, Bali, Kamis 11 Oktober 2018.
Dia mengatakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga lebih baik. Kemudian penurunan angka kemiskinan yang signifikan dan angka inflasi masih sesuai dengan target.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan Indonesia per Maret 2018 tercatat 9,82 persen. Angka ini merupakan yang paling rendah sepanjang sejarah. Pada 2011 angka kemiskinan Indonesia masih doubledigit yakni 12,49 persen.
Meskipun ada depresiasi pada nilai tukar rupiah hal ini terjadi karena faktor eksternal. Dirinya mengimbau untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Pasalnya, kondisi ini terjadi hampir menimpa seluruh mata uang di dunia, termasuk Australia dan Selandia Baru.
Hal yang lebih penting, menurutnya adalah cadangan devisa, ketahanan sektor perbankan, serta pengelolaan utang semuanya menunjukkan perbaikan yang sangat masif dan rekam jejak yang baik.
“Saya memberikan apresiasi kepada pemerintah dan berharap Indonesia terus menunjukkan kedisiplinan yang baik,” katanya.
Sebelumnya, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada 2018 menyebutkan utang Pemerintah RI tergolong masih rendah dan terjaga.
Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria saat peluncuran OECD Economic Survey Indonesia 2018 dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-WBG di Nusa Dua, Bali, Rabu, memaparkan hasil survei ekonomi OECD di Indonesia yang salah satunya terkait utang pemerintah. “Adanya aturan terkait defisit anggaran telah menahan pertumbuhan utang,” katanya.
Namun, pengeluaran tambahan untuk infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial terkendala oleh rendahnya pendapatan. Oleh karena itu, kata Gurria, sumber daya harus didapatkan melalui efisiensi dan pendapatan yang lebih besar. “Pertumbuhan belanja gaji pegawai negeri telah berhasil dibatasi pada 2017 dan transfer dana ke daerah yang ditargetkan makin membaik,” katanya.
OECD juga mencatat pendapatan per kapita yang tumbuh makin kuat di Indonesia, meski sayangnya kesenjangan infrastruktur masih besar dan belanja kesehatan serta bantuan sosial perlu ditambah lagi demi meningkatkan inklusifitas. “Kesejahteraan juga akan lebih baik jika capaian hasil terkait lingkungan lebih mendapat perhatian,” ujarnya. (Tiar Munardo) .