News

BNPB: Kerugian Pasca Bencana Sulteng Capai Rp 13,82 Triliun

MATA INDONESIA, SURABAYA – Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat bencana di Sulawesi Tengah mencapai lebih dari Rp 13,82 triliun. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan sementara berdasarkan data hingga Minggu 21 Oktober 2018.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dampak ekonomi mencapai Rp 13,82 triliun meliputi kerugian Rp 1,99 triliun dan kerusakan mencapai Rp 11,83 triliun. Kerugian merupakan arus ekonomi yang terganggu akibat bencana, sedangkan kerusakan adalah nilai kerusakan fisik.

“Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana akan bertambah karena data yang digunakan adalah data sementara. Untuk itu, pihaknya terus melakukan pendataan dan kajian cepat untuk menghitung dampak bencana,” kata Sutopo di Surabaya, Minggu 22 Oktober 2018.

Ia menambahkan, membangun kembali daerah terdampak bencana pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi, BNPB memperkirakan akan memerlukan anggaran lebih dari Rp 10 triliun.

Meskipun bukan tugas yang mudah dan ringan, Sutopo menyatakan pemerintah pusat dan daerah siap membangun kembali Sulawesi Tengah dengan prinsip membangun lebih baik dan lebih aman.

Sebab banyak bangunan dan infrastruktur yang hancur akibat gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di empat wilayah di Sulawesi Tengah, yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan kabupaten Parigi Moutong.

Kerugian dan kerusakan akibat bencana meliputi lima sektor pembangunan yaitu permukiman mencapai Rp 7,95 triliun, infrastruktur Rp 701,8 miliar, ekonomi produktif Rp 1,66 triliun, sosial Rp 3,13 triliun dan lintas sektor mencapai Rp 378 miliar.

Sedangkan kerusakan yang terdata sementara meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, 78 unit perkantoran, 362 unit toko, 168 titik jalan retak, tujuh unit jembatan dan sebagainya.

“Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman paling besar karena dampak bencana yang luas dan masif. Hampir semua bangunan di sepanjang pantai di Teluk Palu rata dengan tanah dan rusak berat,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 meter hingga 11,3 meter dengan landasan terjauh mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman.

Begitu juga dengan amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa, likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang. (Rayyan Bahlamar)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close