News

BNPT Minta Mahasiswa Mampu Identifikasi Dini Penyebaran Paham Radikal

MATAINDONESIA.ID – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengjak mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia untuk dapat bersama-sama mengidentifikasi penyebaran paham radikal di sekitar mereka. Mahasiswa juga diminta memiliki kemamampuan mengidentifikasi penyebaran paham radikal yang makin masiv.

“Kami ingin mahasiswa memiliki daya tahan terhadap segala informasi yang berkembang. Kalau dulu mungkin hitungan waktu sekian lama, tetapi sekarang hitungan detik sudah bisa terekspose segala sesuatu yang terjadi di dunia ini,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, Selasa (24/7).

Suhardi meminta mahasiswa untuk melapor kepada para dosen atau langsung ke BNPT jika menemui temannya yang lama tidak masuk kuliah.

Suhardi mengaku pesan ini didasari pengalamannya yang menemukan seorang mahasiswa yang lama tak masuk kuliah tiba-tiba terdengar kabar jika yang bersangkutan dan suaminya sudah pergi ke Suriah untuk didoktrin paham radikal.

“Tolong ingatkan, tolong lapor jika ada teman kalian yang seminggu ndak ikut nongkrong, yang ndak masuk kelas. Teman-teman yang kayak gini harus diidentifikasi.

Tak hanya itu, menurutnya usia mahasiswa yang masih remaja rentan menjadi target para pelaku teror untuk didoktrin atau dicuci otaknya menjadi radikal. Terlebih, anak muda memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi namun emosionalnya masih labil.

“Kemampuan anak muda ini, khususnya, menjadi target dari brainwashing karena mereka memiliki keingintahuan yang tinggi, tapi emosional masih labil itu mudah disusupi,” terangnya.

Dari pengalaman tersebut, pihaknya mengaku telah menyiapkan beberapa upaya agar anak muda bisa mengidentifikasi penyebaran paham radikal, termasuk bersinergi dengan dosen untuk itu.

“Kita kasih mereka treatment-treatment bagaimana mengidentifikasi penyebaran paham-paham itu di sekeliling mereka, sehingga mereka bisa tahu persis dan bahkan bisa mencegah upaya yang bisa dilaksanakan oleh mahasiswa sendiri, dosen dan dengan bersama-sama bersinergi,” ungkapnya.

Suhardi menambahkan, pihaknya juga telah bekerjasama dengan Mendikbud untuk mencegah upaya pencucian otak yang bisa saja menghampiri anak-anak yang duduk di bangku SMA atau tingkatan di bawahnya.

“Salah satunya dalam bentuk kurikulum. Kalau di Mendikbud mengatakan ada pendidikan penguatan karakter. Di sini ada konten-konten bagaimana kita mencegah paham itu masuk kemudian kebangsaan dan implementasi,” paparnya.

Namun untuk mencegah penyebaran doktrin radikal melalui media sosial, Suhardi mengatakan sedang menyusun terapi yang pas. Sebab ia juga ingin anak muda memiliki kemampuan memilih dan memilah informasi yang masuk lewat media ini.

“Bagaimana terapi yang pas, anak muda kita kenali memiliki kemampuan memilah dan memilih informasi yang masuk, karena itulah yang dengan kemajuan teknologi, kemajuan informasi digital itu yang membuat kita carut-marut,” tutupnya. (WO)

 

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close