unique visitors counter
Viral

Boeing 737 Seri Max Adalah Pesawat Berbadan Ramping

Pesawat Seri Max bukan hanya produk facelift seri pesawat sebelumnya yang pada umunya berbadan lebar.

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang naas beberapa saat setelah tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta cengkareng adalah Boeing 737 terbaru yaitu seri Max 8.

Kecelakaan itu juga merupakan yang pertama bagi keluarga seri Max. Boeing memroduksi seri itu karena banyak permintaan pesawat berbadan ramping dari para pengguna boeing berbadan lebar sebelumnya yaitu 787 Dreamliner.

Pesawat ini bukan hanya produk facelift seri pesawat sebelumnya yang pada umunya berbadan lebar.

Para insinyur Boeing pun membangun dari nol untuk menciptakan pesawat yang berbadan lebih ramping tetapi tetap mempertahankan kecanggihan 787 Dreamliner.

Bobot kosong pesawat ini hanya sekitar 82 ton. Jauh lebih ringan dari bobot kosong 787 Dreamliner saat lepas landas yang mencapai 227 ton tetapi lebih berat dua ton dari berat kosong 737 900 yang dikenal dengan seri next generation pendahulu seri Max.

Mesin seri Max ini diklaim lebih hemat bahan bakar 10 persen dibandingkan seri Next Generation. Dengan demikian biaya operasional pun diklaim mampu ditekan sebesar 7 persen dibanding seri-seri Boeing sebelumnya.

Waktu penerbangan pun bisa lebih singkat dari pesawat-pesawat 737 sebelumnya.

Boeing sendiri baru memulai program desain dan perakitan pesawat seri Max 30 Agustus 2011. Uji coba dilakukan 29 Januari 2016. Pesawat itu memperoleh sertifikat layak terbang pada 3 Maret 2017.

Seri Max menjadi produk terlaris dalam sejarah Boeing dengan pesanan 4.783 unit pesawat (per September 2018) dari seluruh dunia. Itu terjadi dalam kurun kurang dari 2 tahun.

Lion Air menjadi maskapai pertama di dunia yang menerima pesawat tersebut yakni pada 16 Mei 2017, melalui anak usahanya Malindo Air untuk melayani rute penerbangan regional di Kawasan Asia Tenggara. Menyusul selanjutnya Norwegian Air.

Menurut Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono dalam konferensi persnya menyatakan pesawat yang jatuh itu baru mencapai 800 jam terbang.

Berdasarkan laman resmi Boeing, per unit pesawat canggih tersebut saat itu dihargai 52,8 juta dolar AS dan saat ini diperkirakan menjadi 54,5 juta dolar AS atau setara dengan Rp 830 miliar.(kris)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close