
MATA INDONESIA, JAKARTA – Hari Pahlawan tak selalu identik dengan kisah-kisah pahlawan di masa lalu yang berjuang dan mempertaruhkan jiwa raganya untuk kemerdekaan Indonesia.
Biarlah itu menjadi catatan sejarah yang manis dikenang untuk generasi saat ini. Hari Pahlawan di masa sekarang pun perlu melirik sosok-sosok baru yang layak mendapat gelar yang sama seperti para pejuang masa lalu.
Banyak putera-puteri bangsa yang telah menorehkan tinta emas di Indonesia dalam banyak bidang seperti olahraga, ekonomi, pendidikan, kemanusiaan hingga sains yang menggemparkan dunia. Mereka pun layak mendapat gelar pahlawan untuk Indonesia karena jasa-jasanya yang tak bisa dibayar dengan apapun.
Khusus sosok yang layak dijadikan pahlawan di bidang sains, Mata Indonesia merangkum dua nama paling layak. Dua sosok ini telah mengharumkan nama Indonesia hingga membuat negara lain tunduk hormat atas penemuan-penemuan mereka di bidang Sains.
Siapakah mereka, berikut sosoknya:
Prof Khoirul Anwar – Sang Penemu Jaringan 4G yang Mendunia
Tak ada sebelumnya yang menyangka, teknologi jaringan 4G yang hari ini digunakan di seluruh dunia tercipta dari tangan seorang lelaki asal Indonesia bernama Khoirul Anwar. Jasanya sudah bukan lagi level nasional, tapi telah mencapai internasional.
Pria kelahiran Kediri, 22 Agustus 1978 ini menyelesaikan program doktoralnya bidang telekomunikasi dan jaringan Nara Institute of Science and Technology (NAIST) tahun 2008.
Prof Khoirul telah menemukan teknik transmisi wireless dengan dua buah Fast Fourirer Transform (FFT), yaitu FFT kecil dan FFT besar (dua pada transmitter dan dua pada receiver). Teknik ini mendapatkan penghargaan pada Januari 2006 dari IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS), di California dan menjadi standar International Telecommunication Union (ITU), ITU-R S.1878 and ITU-R S.2173.
Khoirul mengguncang dunia setelah ia mematahkan anggapan yang sebelumnya mustahil di dunia telekomunikasi. Ia menciptakan sebuah sinyal yang dikirimkan secara nirkabel tanpa perlu lagi diperisai oleh guard interval (GI) untuk menjaganya kebal terhadap delay, pantulan, dan interferensi. Turbo equalizer-lah yang akan membatalkan interferensi sehingga receiver bisa menerima sinyal tanpa distorsi, begitu keyakinan Khoirul.
Metode karya Khoirul telah memecahkan problem transmisi nirkabel. Apalagi metode tersebut bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi, termasuk GSM (2G), CDMA (3G), dan cocok untuk diterapkan pada sistem 4G yang membutuhkan kinerja tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah.
Temuan baru ini meraih penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist di Institute of Electrical and Electronical Engineers Vehicular Technology Conference (IEE VTC) tahun 2010 di Taiwan.
Kini Khoriul bekerja di laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang.
Ia pernah menyampaikan pernyataan bahwa tak akan melupakan Tanah Air meski bekerja di negeri orang. Bahkan Khoirul berencana akan pulang ke Indonesia, mengabdi untuk bangsa setelah meraih banyak ilmu di negeri orang.
Dr Warsito Purwo Taruno – Penemu Teknologi 4D yang Diakui NASA
Jika ada ilmuwan Indonesia yang membuat NASA terkagum-kagum, dialah Dr Warsito. Pria kelahiran Karanganyar, 15 Mei 1967 ini adalah ilmuwan kebanggaan Indonesia yang selayaknya disematkan gelar pahlawan saintek kepadanya.
Dr Warsito dikenal sebagai penemu sistem pemindai empat dimensi (4D) berbasis teknologi Electrical Capacitance Volume-Tomography (ECVT). Sistem itu adalah eknologi pemindaian tiga dimensi (3D) dengan obyek bergerak berkecepatan tinggi, sehingga menghasilkan citra 4D.
Teknologi pemindai 4D pertama di dunia itu akhirnya dipatenkan di Amerika Serikat, dan lembaga paten internasional PTO/WO pada 2006.
NASA adalah lembaga antariksa yang dibuat tergila-gila oleh temuan Dr Warsito. NASA juga menjadi lembaga yang pertama kali mengakui temuan heboh itu.
Tak hanya terkagum-kagum, NASA juga menggunakan teknologi temuan Dr Warsito untuk sistem pemindai tumpukan embun di dinding luar pesawat ulang-alik. Saat pesawat itu meluncur, ada perubahan suhu sangat tinggi. Tumpukan embun itu bisa merusak dinding pesawat yang terbuat dari keramik.
Setelah NASA, lembaga papan atas lainnya seperti Ohio State University, perusahaan B&W, Departemen Energi Amerika, University of Cambridge, dan sejumlah lembaga besar lain ikut memakai temuan Dr Warsito.
Teknologi 4D itu juga membawa perubahan drastis dalam perkembangan riset dan teknologi dengan jangkauan mulai dari bidang energi, proses kimia, kedokteran hingga nano-teknologi.
Di bidang kedokteran, teknologi temuan Warsito mengungguli kemampuan CT Scan dan MRI. Penemu CT Scan, Sir Godfrey Hounsfield dan Dr. Alan Cormack, diganjar Nobel Bidang Fisiologi dan Kedokteran 1979. Pun demikian penemu MRI, Paul Lauterbur dan Sir Peter Mansfield, yang meraih nobel yang sama pada 2003.
Warsito sempat digadang-gadang menjadi peraih nobel selanjutnya dalam kategori yang sama seperti penemu CT Scan dan MRI.
Dr Warsito adalah lulusan S1 Jurusan Kimia Fakultas Teknik UGM tahun 1987. Ia juga kembali kuliah S1 teknik kimia di Shizuoka University Jepang. Lalu meraih gelar Ph.D di Shizuoka University Jepang tahun 1997. (Ryan)