
MATA INDONESIA, JAKARTA – Kondisi shutdown alias penghentian layanan pemerintahan Amerika Serikat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Banyak investor asing melakukan aksi guyur duit ke pasar modal domestik negeri ini.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mencatat, dalam sepekan kemarin dana asing yang masuk ke Indonesia melalui pasar modal tercatat Rp 2 triliun.
“Dalam sepekan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja positif 1,56 persen dengan nett buy asing menembus Rp 2 triliun,” ujar Bhima Yudhistira Selasa 8 Januari 2019 di Jakarta.
Kata dia, kondisi pemerintah federal AS yang shutdown kali ini ibarat blessing in disguise bagi Indonesia. Karena semakin buruk konflik politik di AS, semakin banyak aliran modal pindah ke Indonesia.
Bhima memprediksi ekonomi AS tahun ini akan melambat di 2,5 persen. Hal ini ditunjukkan oleh Fed Rate yang hanya naik dua kali dibanding empat kali tahun 2018.
Di sisi lain, efek perang dagang AS-Cina yang berlanjut dan efek reformasi perpajakan Trump yang habis menjadi pemicu lambatnya ekonomi AS.
“Ini bisa berlanjut hingga 2020 di mana AS menghadapi pemilu,” ujarnya.
Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ada beberapa dampak yang akan terjadi atas kejadian government shutdown.
Pertama, tidak adanya stimulus fiskal sehingga akan menyebabkan geliat ekonomi AS tidak setinggi sebelumnya.
“Diperkirakan tahun 2019 ekonomi AS akan turun dari 2,5 persen menjadi 2 persen,” ujar Perry.
Kedua, hal tersebut akan menurunkan confidence pasar terhadap kinerja ekonomi AS ke depannya. Karena itu, terjadi koreksi di harga saham yang kemudian memberikan dampak kurang bagus terhadap keuangan AS.
Akan tetapi, kata dia, perlu dicermati sekarang adalah bagaimana kelanjutan positif dari perundingan perdagangan antara AS-Cina.
“Kan semakin hari semakin ada tanda titik temu untuk mencari kesepakatan- kesepakatan. Kan ketegangan AS-China akan memberikan dampak negatif terhadap ekonomi kedua negara itu,” ujarnya.
Menurut Perry, ekonomi AS dan Cina akan lebih rendah kalau ketegangan terus terjadi dan hal itu tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi global.
“Namun, berita positif ada tanda-tanda perundingan perdagangan. Semoga itu tidak memperburuk situasi dan keuangan global,” kata dia.