Selain itu, utang luar negeri Indonesia hampir 60% sampai 70% digunakan untuk membayar utang masa lalu. Baik tahun-tahun yang sudah lama sampai sekarang.

“Jadi dari struktur ini kita bisa lihat, dan ini. Kita masih diwarisi utang masa lalu. Ini yang cukup memberatkan untuk ke depan,” ungkapnya di Universitas Pertamina, Jakarta.

Menurutnya rasio utang negara maju terhadap PDB-nya juga lebih tinggi dari Indonesia. Bahkan Jepang ratio utangnya 250% terhadap PDB.

“Negara maju jauh lebih tinggi. Jepang ratio uangnya 250% terhadap PDB. Perancis dan UK lebih dari 89% ratio utang terhadap PDB. Indonesia cuma 27%. Tapi, bedanya kita rentan terutama di sektor finansial. Kita sangat rentan digoyang oleh banyak faktor dari dalam maupun dari luar. Atau pengalaman ekonomi yang lalu sangat mudah sekali diguncang. Sehingga mata uang kita anjlok, krisis sehingga utang kita membengkak. Kita jadi defisit,” jelasnya.

Akan tetapi, ia menjelaskan bahwa utang digunakan untuk kemajuan Indonesia serta mendorong sektor investasi. Yakni untuk sektor pembangunan yang selama ini Indonesia tertinggal sangat jauh dari negara lainnya.

“Utang itu untuk apa? Untuk biayai pembangunan di jangka panjang yang butuh dana sebagai sumber untuk memacu kenaikan investasi dan investasi butuh banyak biaya. Investasi gak bisa dipenuhi oleh sector private sehingga butuh pembiayaan dari luar,” tukasnya. (FC)