Ekonomi
Tiga Tahun Pemerintahan Presiden Jokowi, Lima Lapangan Migas Berhasil Diselesaikan

Jakarta (MI) – Lima lapangan minyak dan gas (migas) berhasil diselesaikan dalam 3 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini disampaikan Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas), Amien Sunaryadi.
“Di 3 tahun masa pemerintahan Presiden Jokowi ada 5 proyek besar berhasil diselesaikan,” kata Amien dalam jumpa pers di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017).
Lapangan migas pertama yang beroperasi adalah Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur. Nilai investasi lapangan ini sebesar US$ 3,38 miliar dan saat ini produksinya mencapai 200.000 barel per hari (bph) dari target 185.000 bph.
“Kapasitas produksi rencananya 185.000 bph, realisasi produksi 200.000 bph,” kata Amien.
Lapangan migas Banyu Urip beroperasi pada 12 Desember 2015 untuk Train A dan 18 Januari 2016 untuk Train B. Pembangunan fasilitas produksi melibatkan 18.000 lebih pekerja dan 460 sub kontraktor.
Lapangan migas kedua adalah Lapangan Bangka. Lapangan ini merupakan bagian dari proyek pengembangan laut dalam (Indonesian Deep Water Development/IDD) dengan nilai investasi US$ 6,98 miliar.
Lapangan Bangka memproduksi gas 100 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) dan 4.000 barel per hari (bph) kondensat. Lapangan ini beroperasi pada Agustus 2016 dan alokasi gasnya untuk kebutuhan domestik.
“Lapangan Bangka bagian on stream Agustus 2016. Produksinya 100 MMSCFD dan 4.000 barel kondensat per day,” ujar Amien.
Ketiga Lapangan Donggi, Matindok, dan Senoro. Lapangan migas Donggi dan Matindok menelan biaya investasi sebesar US$ 762,1 juta dan Senoro US$ 815,5 juta. Lapangan migas Donggi dan Matindok beroperasi pada April 2017 dan lapangan migas Senoro beroperasi pada September 2014, dengan masing-masing produksi 90 MMSCFD dan 270 MMSCFD.
“Senoro on stream September 2014, Donggi Matindok on stream April 2017,” ujar Amien.
Keempat, Lapangan Jangkrik dengan nilai investasi US$ 3,77 miliar. Lapangan migas ini beroperasi pada Mei 2017 dengan kapasitas produksi awal 450 MMSCFD dan bisa ditingkatkan hingga 600 MMSCFD.
Gas disalurkan menuju kilang Bontang dengan pemanfaatan 50% untuk domestik. Fasilitas produksi dibangun di Saipem yang mendapat konsesi sewa lahan dari pemerintah daerah setempat selama 50 tahun. Fasilitas milik Saipem ini terbesar di Asia Tenggara.
Kelima, Lapangan Madura BD beroperasi pada Juni 2017, dengan nilai investasi US$ 642,1 juta. Lapangan migas ini menghasilkan gas sebesar 46 MMSCFD dan 3.000 bph kondensat.
“Madura BD ini on stream Juni 2017 dengan kapasitas produksi 100 MMSCFD. Sekarang baru 46 MMSCFD,” tutur Amien. (AVR)