News

Fadli Zon ‘Gagal Paham’ Artikan Makna Politik Kebohongan, Kok Bisa?

MATA INDONESIA, JAKARTA – Aktivitas ‘nyinyir’ sepertinya sudah menjadi kebiasaan kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Sandiaga. Apa saja yang keluar dari mulut calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, pasti bakal mereka terkam dengan kritik tanpa data.

Bahkan tak jarang mereka justru gagal paham dengan apa yang disampaikan Jokowi. Seperti tanggapan Politisi Partai Gerindra, Fadli Zon, yang menuding pidato Presiden Jokowi soal ajakan untuk akhiri politik kebohongan, ibarat sedang menyindir pribadi mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Fadli Zon mendefinisikan bahwa politik kebohongan adalah orang yang membuat janji-janji kemudian janji itu tidak ditepati. Ia beranggapan selama 4 tahun menjabat Presiden Jokowi banyak sekali memiliki janji-janji yang tidak ditunaikan.

Pernyataan Wakil Ketua DPR tersebut lantas dikritisi balik pengamat komunikasi politik, Hendri Satrio. Ia berpendapat Fadli Zon salah mengartikan dengan menganggap bahwa Presiden Jokowi melakukan politik kebohongan hanya karena tak menetapi janji-janjinya.

Hendri pun mengajak Fadli Zon untuk dapat membedakan mana kebohongan dan cita-cita. “Kita harus bisa membedakan antara kebohongan dengan cita-citaJ. adi kalau sseorang menyampaikan target lalu tidak tercapai, bukan berarti itu bohong. Tapi memang targetnya tidak tercapai atau belum tercapai,” ujar Hendri Satrio di Jakarta, Rabu 24 Oktober 2018.

Ia pun meminta masyarakat dewasa menyikapi komunikasi apa saja yang terjadi menjelang Pilpres 2019. Khususnya pernyataan para politisi. “Kita harus dewasa melihat itu. Jika target belum tercapai, ini harus dipuji, ini harus dikritisi. Tapi ini harus disampaikan juga oleh yang membuat target jangan diolah informasinya seolah-olah target tercapai,” ujar dia.

Kubu Prabowo-Sandi sebenarnya bukan kali ini saja berbicara lantang tanpa fakta di tahun politik ini. Semisal, dasar soal tudingan bahwa kondisi ekonomi kita sedang tidak baik, tempe setipis kartu ATM, hoax Ratna Sarumpaet.

Kemudian mengatakan bahwa chicken rice di singapura lebih murah dari di Jakarta. Dan yang terakhir dengan menyebut 99 persen rakyat Indonesia hidup dalam keadaan pas-pasan.

Sebagai informasi, Presiden Jokowi sebelumnya meminta agar juru bicara di tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf tidak melakukan politik kebohongan. “Saya sampaikan jangan, saya ingin memastikan satu per satu, hati-hati, jangan, jangan, jangan. Yang sering saya sampaikan, adu gagasan, adu ide, adu program, adu prestasi, adu rekam jejak. Masyarakat harus mulai kita bawa ke arah itu. Jangan perpolitikan kita dibanjiri oleh politik kebohongan, sangat berbahaya sekali,” ujar Presiden Jokowi. (Rayyan Bahlamar)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close