Sosial Budaya
Forum Lintas Agama untuk Kemanusiaan, Dukung Pemerintah RI Perjuangkan Kedaulatan Palestina

Jakarta (MI) – Tokoh lintas agama di Indonesia kembali menyampaikan pernyataan sikap menolak keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Mereka menyerukan dukungan atas kedaulatan Palestina, yang disampaikan Forum Solidaritas Lintas Agama untuk Kemanusiaan di Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Ketua Harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj mengatakan, tragedi kemanusiaan telah terjadi sejak Israel menduduki tanah Palestina. Korban telah berjatuhan sejak 1948.
Aqil membacakan pernyataan sikap Forum Solidaritas Lintas Agama untuk Kemanusiaan. Pernyataan itu berisi enam poin yang dibacakan enam tokoh agama terkait dukungan sepenuhnya upaya Pemerintah RI dalam mendukung kedaulatan Palestina.
“Sebagai wujud implementasi diktum pembukaan UUD 1945, maka kami mendukung langkah Pemerintah Indonesia untuk terus memperjuangkan dengan lantang tentang kedaulatan Palestina,” ujarnya.
Poin kedua dibacakan Henriette Hutabarat dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI). Poin itu menyebut kecaman keras terhadap keputusan Trump karena berdampak buruk pada stabilitas politik dan keamanan internasional. Selain itu keputusan Trump melanggar setidaknya empat resolusi PBB.
Ignatius Suharyo dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) membaca poin ketiga.
“Mendesak kepada Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mengambil langkah tegas dan tanpa kompromi dalam menyikapi persoalan ini,” ucap Ignatius.
Poin keempat dibacakan Peter Lesmana dari Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin). Poin ini menyatakan, permasalahan Israel-Palestina harus diletakkan dalam bingkai persoalan kemanusiaan, bukan sekadar keyakinan dan agama. Mereka juga menolak berbagai bentuk kekerasan yang mengingkari hak-hak kemanusiaan.
Selanjutnya pada poin kelima, mereka mengimbau umat berbagai agama untuk tidak terhasut gerakan-gerakan yang mencoba memperkeruh keadaan.
“Meminta segenap pihak untuk tidak terprovokasi oleh ajakan, hasutan, dan juga gerakan-gerakan lain yang cenderung berpotensi memperkeruh keadaan,” kata Jandi Mukianto dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).
Poin terakhir dibacakan Arya Prasetya dari Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI). Poin ini meminta penyelesaian masalah Palestina-Israel dilakulan lewat dialog konstruktif agar kedua pihak bisa hidup berdampingan dengan damai.
Aqil menekankan tujuan pernyataan ini adalah untuk mewujudkan perdamaian di kedua negara.
“Kita mengharapkan masyarakat internasional agar satu sikap, satu bahasa. Mari kita perjuangkan perdamaian di Timur Tengah dengan mengakui hak bernegara Palestina, agar hidup berdampingan Israel dan Palestina,” ujarnya. (AVR)