News

Gunakan ROV, KNKT Lanjutkan Pencarian CVR Black Box

MATA INDONESIA, JAKARTA-Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tetap melanjutkan pencarian cockpit voice recorder (CVR) black box. Hal itu diungkapkan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Menurutnya, walaupun Basarnar menghentikan pencarian korban, namun tetap KNKT akan mencari black box. “Kami belum tahu sampai kapan pencarian ini bisa kami lakukan,” ujarnya.

Meski belum menetapkan batas waktu pencarian black box, KNKT tetap mempertimbangkan biaya pencarian karena sejumlah peralatan yang didatangkan dari luar negeri.

“Salah satunya kita on boat-kan pinker yang lebih muktahir dan paling sensitif. Pinker finder ini sudah kita on boat-kan, namun sampai hari ini kita masih belum bisa menemukan posisi CVR atau black box yang satu lagi,” katanya.

Kelanjutan pencarian CVR black box juga akan dilengkapi elemen baru dari Remotely Operated Vehicle (ROV). ROV ini ditempatkan di kapal-kapal pencari. Jadi nantinya tim akan menggunakan beberapa kapal yang dilengkapi dengan ROV yang lebih besar dan canggih.

“Ada 4 kamera, dan di ROV akan ada scan sonar, juga yang paling penting di sini ada equipment baru yang di on boat-kan di ROV yaitu sub-bottom profiling yang bisa mendeteksi benda2 di dalam lumpur sampai kedalaman 4 meter,” katanya.

Kapal dan peralatan baru yang akan digunakan saat ini berada di Surabaya. Kapal pencarian CVR black box akan bergerak ke Jakarta, Minggu 11 November atau Senin 12 November 2018.

“Mungkin kalau sekarang dengan FDR saja kita sudah mungkin ya sekitar 70-80 persen, hal ini bisa kita ketahui, kita perlu sempurnanya sampai 100 persen itu penyebab dari kecelakaan itu kita memerlukan CVR,” katanya.

Kara kata dia, CVR ini diperlukan, karena untuk mengetahui apa yang terjadi di kokpit pesawat, sehingga pihaknya bisa ungkap mengevaluasi dari kecelakaan tersebut. KNKT saat ini masih menganalisis data dari FDR black box. Sejumlah temuan diungkap hasil investigasi sementara.

Ada temuan Airspeed Indicator Lion Air PK LQP yang rusak dalam empat penerbangan terakhir PK-LQP. Namun temuan itu belum dapat disimpulkan sebagai penyebab kecelakaan JT 610. KNKT melanjutkan penyelidikan.

Termasuk juga kerusakan sensor angle of attack (AOA). AOA adalah pengukur sudut pesawat terhadap aliran udara. Sensor AOA menunjukkan perbedaan pada saat penerbangan sebelum JT 610, yaitu dari Bali ke Jakarta. Dalam penerbangan itu, AOA pesawat PK-LQP sebelah kiri berbeda 20 derajat dengan sebelah kanan. (Imam Bachtiar)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close