CuitanHeadline

Hidup Tak Sependek Penis, Jangan Atur Gaya Berpakaian Kami

MATA INDONESIA – “Aduh mba…, kalau nggak mau digodain bajunya jangan terbuka dong.”

Komentar ini tiba-tiba muncul di Instagram milik saya.  Sempat tergelitik ketika membacanya. Tapi mau gimana lagi, sering kali busana perempuan menjadi sasaran para kaum patriarkis untuk menyalahkan korban pelecehan seksual yang terjadi kepada mereka.

Bahkan ada satire dengan bumbu guyonan receh sering mampir di telinga kita seperti, “Ya kami kan kucing, masa dikasi pindang atau salmon, kami nolak?”

Kucing adalah representasi dari laki-laki, dan pindang atau salmon adalah representasi dari perempuan. Hmm..sebagai perempuan, saya merasa direndahkan karena derajat saya hanya disamakan sebatas ikan salmon.

Jika boleh memilih, saya lebih suka jadi ikan tuna sayap biru. Boleh khan?

Saya pun menyadari bahwa perempuan memiliki varian outfit yang sangat beragam. Mulai dari hijab syar’i yang terkadang kainnya terseret seperti menyapu aspal, hingga crop tee yang dapat memperlihatkan pusar hingga sedikit dari pakaian dalam perempuan.

Siapa yang dapat melarang? Tidak ada, harusnya. Siapa yang dapat menikmati berbagai macam varian outfit yang dijual oleh perusahaan kapitalis? Seluruh manusia, tentunya.

Belakangan ini, ada yang terasa berbeda.

Pakaian wanita menjadi salah satu sebab untuk membuat orang lain menjadi risih, moralnya berantakan, peningkatan angka pemerkosaan hingga hancurnya mentalitas anak di Indonesia.

Bagaimana tidak? Perempuan yang datang ke pusat perbelanjaan sering kali memperlihatkan paha mulus mereka hingga pundak bak porselen ‘kinclong’.

Hal ini membuat mata yang memandang menjadi risih, tak terkecuali membuat mereka segera dikirim ke neraka paling panas.

Siapa penyebabnya?

Tentu saja! Girlband korea yang sedang dipromosikan oleh e-commerce yang ngetop di Indonesia. Apakah pemerintah tidak menyadari bahwa hal ini selain bisa membuat roh-roh manusia di Indonesia dikirim ke neraka, hal ini juga dapat merusak stabilitas negara?

Standard moralitas manusia menjadi tolok ukur mengenai tata cara kita berpakaian, bukan?

Pesan saya, jika ada yang risih melihat Anda menggunakan jaket jeans, segera lepas jaket jeans Anda! Persetan mengenai hak Anda dalam berpakaian, Anda itu sedang menjadi korban kapitalisme yang sedang berusaha menjadikan perempuan menjadi objek seksual! Masa gitu aja Anda tidak sadar?

Andai saja saudara-saudari ingin membaca, salah satu poin yang terdapat dalam mukadimah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia adalah manusia adalah mahluk merdeka. Merdeka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

mer·de·ka /merdéka/ a 1 bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya); berdiri sendiri: sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 itu, bangsa kita sudah –; 2 tidak terkena atau lepas dari tuntutan: — dari tuntutan penjara seumur hidup; 3 tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa: majalah mingguan –; boleh berbuat dengan –; — ayam ki bebas merdeka (dapat berbuat sekehendak hatinya);

Dalam mukadimah maupun definisi merdeka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pun, seharusnya dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya kita dapat menjadi merdeka, meskipun dalam hal sesederhana memilih busana yang akan kita kenakan dan terbebas dari cibiran yang memanaskan telinga ataupun godaan dari laki-laki hidung belang.

Namun, hal ini tidak dapat kita bantah sekuat tenaga sebelum kita mencari akar dari permasalahannya. Di mulai dari ajaran agama, kebudayaan, hingga ajaran orang tua saja memang memposisikan kekuatan perempuan dan laki-laki itu selalu berbeda.

Tak jarang terdengar “Laki-laki kok nangis? Harusnya kamu jagain tuh adik perempuanmu!” atau bahkan “Pakai baju tuh yang tertutup loh, kalo kamu digodain ya wajar.. lha wong, kamu cantik”

Pertanyaan para feminis yang berawal dari “Kenapa sih menyalahkan korban?’ harusnya diubah menjadi “Kenapa sih mendidik anak dengan ajaran patriarki?” Jika pertanyaan itu belum dapat anda jawab, maka mari kita telan pernyataan berikut ini..

Jika Anda menjadi objek seksual, Anda ini sudah menjadi produk barat. Mana ada budaya Indonesia yang mendukung baju terbuka dan seksi seperti itu? Tidak ada! Persetan pula dengan orang Bali Zaman dahulu kala yang tidak mengenakan sehelai kain-pun untuk menutupi payudara perempuan Bali. Itu kan sudah dahulu kala! Kita mengalami penyesuaian bung!

Badan Anda bukan hak Anda, tapi hak siapa saja! Kami risih? Kami tidak akan berpaling, Anda yang harus mengganti baju.

Sudahlah, tidak usah bercita-cita merasakan hak berpakaian dengan sebebas-bebasnya. Anda ini antek-antek liberal?

Maka dari itu, sedikit pesan dari saya
Tidak usah keluar rumah, jika kamu mau menggunakan baju yang menurutmu menarik. Kamu membuat kami risih. Itu saja!.

By: Revina VT

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close