News

Hoax Mengukir Sejarah Dunia, Mulai dari Legenda hingga Perang

MATA INDONESIA, JAKARTA – Istilah ‘hoax’ di Indonesia mungkin baru populer dalam beberapa tahun belakangan ini setelah ramai digunakan untuk merujuk pada berita atau kabar bohong yang dibuat seolah-olah adalah sebuah kenyataan.

Baru beberapa hari lalu, Indonesia digemparkan dengan hoax besar yang diciptakan aktivis uzur Ratna Sarumpaet. Ia mengaku dianiaya beberapa orang hingga babak belur di Bandung.

Lalu, Ratna memajang fotonya dengan wajah lebam dan tersebar luas di media sosial. Awalnya, publik sempat geram dengan pelaku yang diketahui identitasnya itu, tapi belakangan diketahui ternyata itu semua hanya hoax.

Ratna tak pernah dianiaya siapapun. Fotonya dengan wajah bonyok itu ternyata hanya efek setelah ia melakukan operasi sedot lemak di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Tapi, hoax seheboh Ratna ini bukan belum pernah terjadi di dunia. Bahkan, ada hoax-hoax yang lebih parah dampaknya bagi sebuah negara.

Hoax memiliki sederet sejarah panjang di dunia. Ada legenda atau kepercayaan yang dimulai dari hoax, bahkan ada perang besar antar negara yang dimulai karena hoax.

Dalam catatatn sejarah, kabarnya hoax pertama kali tercatat pada tahun 1661. Kasus ini adalah tentang Drummer of Tedworth, kisah seorang John Mompesson, seorang tuan tanah yang dihantui suara-suara drum setiap malam di rumahnya.

Menurut Mompesson, suara drum itu muncul setelah ia memenangkan gugatan atas seorang drummer band gipsy bernama William Drury. Mompesson menuduh Drury telah memantrai rumahnya dengan ilmu mistis.

Cerita itu sampai pada seorang penulis bernama Glanvill. Ia mendatangi rumah Mompesson dan mengaku mendengar suara yang sama setiap hari.

Lalu Glanvill menulis kisah itu dalam tiga jilid buku yang diklaimnya berasal dari kisah nyata. Bukunya laris manis, namun pada jilid ketiga Glanvill mengaku kalau ternyata semua itu hanyalah kebohongan.

Hoax yang Menjadi Legenda Akhirnya Terungkap

Ada beberapa hoax yang sempat menjadi cerita turun-temurun dan dipercayai banyak orang. Meski akhirnya terungkap lewat banyak penelitian terbaru.

Berikut hoax-hoax yang pernah menjadi legenda, namun akhirnya terbongkar kebenarannya:

  1. Perubahan Stonehenge di Inggris

Stonehenge atau ‘meja batu raksasa’ yang menjadi warisan sejarah di Inggris hingga kini masih menyimpan banyak misteri. Dulu, para peneliti banyak yang kebingungan, bagaimana memasang batu besar di atas batu besar tinggi lainnya. Padahal dulu teknologi belum canggih.

Banyak hipotesa yang muncul, bahkan ada yang menduga sebagai kekuatan mistis. Namun, belakangan beredar foto William Gowland yang melakukan restorasi monumen tahun 1901. Terlihat jelas Stonehenge yang tampak saat ini sudah banyak berubah dibanding foto milik William Gowland.

  1. Hidung Sphinx dan Napoleon

Patung Sphinx di Mesir dikenal tak memiliki hidung. Dulu, tersebar cerita yang akhirnya dipercayai dunia bahwa hidung Sphinx hilang karena dipenggal oleh Napoleon saat perang melawan Turki 1798.

Tapi, akhirnya ditemukan bukti sejarah lain. Seorang pengembara Denmark bernama Frederich Norden mencatat perjalanannya saat melihat patung Sphinx tahun 1737. Ia menyebut patung tersebut tak punya hidung.

  1. Viking dan Helm Bertanduk

Bangsa penakluk, Viking, sampai saat ini masih identik dengan helm bertanduk. Padahal, helm itu bukanlah ciri khas bangsa Viking.

Helm bertanduk sudah ditemukan sejak zaman perunggu sekitar 1000 tahun lalu. Jauh sebelum Viking melakukan banyak invasi ke negara-negara di Eropa.

  1. Makluk Mitologi

Hampir setiap bangsa memiliki kepercayaan pada makhluk mitologi atau makluk yang bersifat mistis. Tapi, tak pernah ada yang berhasil membuktikan keberadaannya secara pasti.

Contohnya naga yang dipercayai Eropa dan bangsa Cina. Sampai saat ini tak ada bukti ilmiah yang menunjukkan keberadaan naga. Sama seperti makhluk-makhluk dalam mitologi Yunani dan bangsa Nordik, bahkan Indonesia juga, yakni Garuda atau sosok elang bertubuh raksasa.

Masih banyak lagi kebohongan besar yang sempat dipercayai banyak orang, namun belakangan terungkap kebenarannya.

Hoax Pemicu Banyak Perang Besar

Tak hanya menjadi cerita yang sempat dipercaya turun-temurun, ternyata hoax juga menjadi pemicu banyak perang besar di dunia, seperti berikut ini:

1. Perang Dunia Ke-II

Salah satu kejadian awal yang memicu Perang Dunia II adalah serangan Jerman ke Polandia. Saat itu, Hitler menyebar kabar bahwa tentara Polandia telah menembaki tentara Jerman di perbatasan kedua negara.

Hitler lalu bersumpah akan membalas dendam atas kejadian itu dan menyerang Polandia awal September 1939. Akhirnya terungkap bahwa Jerman sendiri yang menembaki tentaranya di perbatasan. Hitler sudah merencakan penyerangan ke Polandia sejak 1938.

2. Insiden Teluk Tonkin, AS vs Vietnam

Menteri Pertahanan AS tahun 1964, Robert McNamara, mengabarkan kapal perang USS Maddox ditembak Angkatan Laut Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1964 di Teluk Tonkin.

Akhirnya Kongres AS menerbitkan resolusi dan menjadi landasan bagi Presiden AS Lyndin B Johnson untuk menyerang Vietnam. Akhirnya, tahun 1995 McNamara mengatakan kalau kabar itu hanyalah kebohongan belaka.

3. Propaganda Morning Journal

Perang AS dan Spanyol di Amerika Selatan tahun 1889 ternyata dipicu oleh serangkaian berita bohong di surat kabar Morning Journal milik pengusaha AS, William Hearst.

Ia menyebar kabar bohong dan menggiring opini publik AS, di antaranya tentang kekejaman tentara Spanyol yang menelanjangi perempuan AS. Akhirnya perang berkecamuk, oplah Morning Journal melejit drastis.

4. Dongeng Senjata Pemusnah Massal

Tahun 2003, Menteri Luar Negeri AS Colin Powell mengklaim ia memiliki sejumlah bukti bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal biologi dan kimia yang disampaikannya dalam sidang PBB.

AS berencana menyerang Irak, namun PBB tak menyetujuinya. Tapi, tetap saja Presiden George W Bush akhirnya menginvasi Irak dan menumbangkan rezim Saddam Hussein. Meskipun sampai saat ini senjata pemusna massal itu tak pernah ditemukan, tak pernah ada buktinya.

5. Telegram Fitnah Berujung Prussia vs Prancis

Pada awal abad ke-19, kerajaan Prussia yang meliputi Polandia, Jerman dan Austria adalah salah satu monarki paling kuat di Eropa.

Tahun 1870, Raja William I dari Prussia menerima kedatangan utusan Republik Prancis, Count Vincent Benedetti yang berkunjung untuk mengenalkan konsep demokrasi.

Setelah pertemuan, Raja William mengirim telegram kepada salah satu negarawan Prussia, Otto Von Bismarck yang berisi hasil pembahasan dengan utusan Prancis untuk disiarkan ke media. Sayangnya, telegram itu disunting ulang oleh Bismarck dengan pesan provokasi.

Akhirnya, Prancis dan Prussia sama-sama termakan provokasi Birmarck.

Beberapa hari kemudian, Prancis dan Prussia berperang dan menyebabkan korban tewas hingga tiga perempat jiwa penduduk. (Awan)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close