Jakarta (MI). Sepekan Sebelum lebaran, Densus 88 Mabes Polri kembali menangkap empat orang terduga teroris di tiga tempat yang berbeda, dalam operasi yang terus di gencarkan Densus 88 Mabes Polri tersebut berhasil menangkap dua terduga teroris di Kab. Tuban, Jatim, atas nama Sahrul Munif dan Agus Trimulyono.
Sementara di Kab. Bima, NTB, tertangkap dua orang yakni Hidayat dan Kurniawan merupakan buronan yang melarikan diri dari Poso yang merasa sakit hati terhadap pihak kepolisian sehingga berencana melakukan peledakan Mapolsek Wahom, sedangkan di Kendal ,Jawa Tengah berdasarkan hasil penyelidikan menemukan kartu identitas atas nama MM yaitu terduga teroris yang terlibat baku tembak dengan polisi dan meninggal di Tuban pada 8 April 2017.
Menurut Kapolri (Jenderal Pol Tito Karnavian), Densus 88 Antiteror Polri menemukan kesamaan jenis bom rakitan yang dibuat pelaku teror bom di Kampung Melayu dengan barang bukti yang disita dari terduga teroris di Bima.
Keduanya menggunakan bahan peledak triaceton triperoxide (TATP) diduga dua kelompok tersebut belajar merakit bom secara online dari tutorial rakitan bom itu dipandu oleh Bahrun Naim, simpatisan ISIS asal Indonesia yang kini berada di Suriah. Bahrun Naim juga yang menggerakkan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok teroris di Indonesia yang berbaiat ke ISIS.
Meskipun memiliki kesamaan tipe bom yang dirakit namun pihak kepolisian menyatakan kelompok terduga teroris yang ditangkap di Bima tersebut tidak terkait dengan kelompok bomber Kampung Melayu.
Terjadinya beberapa serangan teror dan penangkapan terduga teroris di beberapa wilayah di Indonesia menunjukan bahwa perkembangan ideologi radikal dan perekrutan jaringan terorisme masih terus berjalan sehingga peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam meredam berkembangnya faham radikal dan jaringan terorisme di tengah masyarakat.
Dari peristiwa tersebut terlihat adanya keterkaitan antara kelompok di daerah yang satu dengan yang lain, yang kesemuanya bermuara kepada ISIS. Meskipun terpisah secara geografis, komunikasi kelompok ini terus berlangsung dengan bantuan media online dan media sosial.
Selain digunakan dalam upaya penyebaran ideologi dan komunikasi, kelompok radikal juga memanfaatkan media online dan media sosial untuk menyebarkan pengetahuan dan keterampilan merakit bom, terlihat dari kesamaan bom yang ditemukan di Bima dan Kampung Melayu yang menggunakan komponen TATP. (TGM)