unique visitors counter
Editorial

Imam Masjidil Haram Puji Upaya Gaungkan Islam Wasathiyah di Indonesia

MATAINDONESIA.ID, JAKARTA – Imam Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Syekh Hasan Bukhori hari ini bertandang ke Kantor Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), di Jalan Jenggala I nomor 3, Jakarta Selatan, Rabu (4/7). Kedatangan Syekh Hasan Bukhori disambut oleh Wakil Ketua Umum DMI Wakapolri Komjen Pol Syafruddin bersama pengurus DMI lainnya.

“Kunjungan ini untuk menguatkan hubungan antar negara, kita tahu hubungan Indonesia dan Arab saudi sudah terjalin sejak lama,” ucap Syekh Hasan Bukhori.

Dalam kunjungannya tersebut, Syekh Hasan Bukhori memuji gaung dari Islam Wasathiyah yang didengungkan oleh Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin.

Imam Masjidil Haram – Syekh Hasan Abdul Hamid Bukhar

Antara Kerajan Saudi dan pemerintah Indonesia memang sudah terjalin lama bahkan sejak sejarah peradaban Indonesia dan Islam di dunia. Banyak orang Indonesia yang menuntut ilmu di Saudi terutama alim ulama yang kini berdakwah di Indonesia.

Hasan Bukhori juga menyatakan setuju dengan ‘pesan Bogor’ yang dibahas dalam Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat pada 1-3 Mei 2018 lalu.

Ada sejumlah pesan yang disepakati dalam KTT Ulama dan Cendikiawan Muslim itu, salah satunya soal paradigma wasathiyah Islam atau Islam moderat.

Menurut Hasan, umat Islam merupakan umat pertengahan sehingga wajar apabila memberi seruan kepada dunia untuk mengamalkan paradigma wasathiyah. Paradigma ini akan membuat seluruh masyarakat dunia hidup dalam keharmonisan meski memiliki perbedaan suku, agama dan ras.

“Pada dasarnya asal dan landasan Islam ada wasathiyah, tidak terlalu keras tetapi juga tidak terlalu lemah dalam agama,” ujar Hasan ketika ditemui di Kantor Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, Rabu (4/7).

Hasan melanjutkan bahwa paradigma ini penting untuk ditegaskan karena masih banyak umat yang salah mengartikannya. Paham yang terlalu kiri maupun kanan merupakan pemahaman yang keliru untuk bermasyarakat jika dipandang dari kacamata paradigma tersebut.

“Banyak muslim atau nonmuslim yang salah paham sehingga penting dijelaskan bahwa umat ini adalah umat pertengahan,” kata dia.

Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin mengungkapkan bahwa peserta yang hadir dalam KTT Ulama dan Cendekiawan di Bogor telah menyetujui pesan Bogor.

Dalam empat poin pesan yang diserukannya, para ulama sepakat bahwa umat muslim perlu mengaktifkan kembali paradigma wasathiyah sebagai ajaran Islam pusat yang meliputi tujuh nilai utama.

Mereka akan memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia, bahwa umat Islam sedang mengamati paradigma wasathiyah Islam dalam semua aspek kehidupan.

Para ulama juga berkomitmen untuk mendorong negara-negara muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasatiyyat lslam, melalui World Fulcrum of Wasatiyyat Islam, dalam rangka membangun Ummatan Wasatan, sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, harmonis, berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas.

Sebanyak 100 tokoh baik dari kalangan pemangku agama, tokoh kenegaraan dan pakar akan hadir dalam acara tersebut.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close