News
Ingat! Tidak Mungkin Krakatau Meletus Seperti 1883, Ini Penjelasannya

MATA INDONESIA, JAKARTA – Hingga kini Gunung Anak Krakatau masih terus erupsi setiap hari, tetapi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho meyakinkan gunung itu tidak akan meletus sebesar tahun 1883. Mengapa? Begini penjelasannya.
Menurut Sutopo, pada 1883 yang meletus itu bukan hanya satu gunung tetapi tiga. Saat itu di Selat Sunda ada Gunung Rakata, Gunung Danan dan Gunung Perbuatan.
Saat itu ketiganya meletus bersamaan sehingga menimbulkan tsunami setinggi 36 meter. Lalu ketiga gunung itu hilang.
Pada 1927 muncullah Gunung Anak Krakatau. “Jadi tidak mungkin letusannya sama dengan Tahun 1883,” ujar Sutopo melalui twitternya.
Jika hasil erupsi akhir Desember 2018 menyebabkan retakan pada dinding gunung saat ini, menurut Sutopo merupakan hal yang wajar karena merupakan efek pasca letusan.
Dia menegaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memiliki alat, sumber daya manusia dan ilmu yang mumpuni untuk memahami aktivitas Anak Krakatau.
Meski sekarang status gunung itu masih Siaga atau level III, Sutopo meminta masyarakat tenang, tetapi meningkatkan kewaspadaan. Terutama mematuhi daerah berbahaya dalam radius 5 kilometer dari puncak kawah.
Jalur pelayaran penyebarangan Merak – Bakaheuni dipastikan aman, tidak akan terpengaruh letusan harian itu.
Pada 3 Desember 2019 dari pukul 00.00 -24.00 WIB terpantau Anak Krakatau mengalami 37 kali letusan, 42 kali hembusan dan tremor menerus. Asap kawah bertekanan sedang-kuat, warna putih, kelabu dan hitam, intensitas tebal setinggi 2.000 meter dari puncak kawah.