Gaya Hidup
Ini Penyebab Sedotan Plastik Risaukan Pemerintah Inggris
Inggris melarang warganya menggunakan sedotan plastik, pengaduk minuman dari plastik dan cotton bud selama satu tahun.

MATA INDONESIA, LONDON – Semakin banyak negara yang memutuskan mengurangi polusi sampah plastik. Setelah Singapura, kini menyusul Inggris melarang warganya menggunakan sedotan plastik, pengaduk minuman dari plastik dan cotton bud selama satu tahun.
“Saya memuji pengecer, bar dan restoran yang berkomitmen tidak menggunakan sedotan dan pengaduk plastik. Tapi kami perlu lebih banyak dari itu untuk benar-benar mengurangi sampah itu,” ujar Menteri Lingkungan Inggris Michael Gove di London seperti dikutip Guardian Senin 22 Oktober 2018.
Meski melarang Pemerintah Inggris saat ini sedang berupaya menawarkan alternatif nonplastik yang tersedia.
Beberapa titik akan melarang penggunaan benda-benda tersebut sepanjang Oktober 2019 sampai dengan Oktober 2020.
Selama masa konsultasi pelarangan penggunaan benda-benda tersebut pemerintah akan mengumpulkan pandangan dari masyarakat. Meski begitu dengan alasan kepentingan medis penggunaan sedotan plastik masih bisa digunakan. Klausul itu akan dimasukkan dalam undang-undang yang akan dibuat.
Setiap tahun penggunaan sedotan plastik di Inggris mencapai 4,7 ton; sedangkan pengaduk plastik sepanjang 316 meter, dan tangkai plastik cotton bud bisa mencapai 1,8 ton.
Ironinya untuk membersihkan seluruh sampah itu diperlukan biaya hingga jutaan poundsterling.
Penasihat politik Greenpeace Inggris, Sam Chetan-Welsh menyatakan kegemaran masyarakat menggunakan plastik sekali pakai telah memicu krisis lingkungan global yang harus segera diatasi.
Saat ini diperkirakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di lautan dunia. Angka itu akan meningkat tiga kali lipat pada 2025 jika tidak ada upaya mencegahnya. Setidaknya saat itu akan terjadi satu juta burung dan 100 ribu mamalia laut mati karena terpaksa memakan limbah plastik.(kris)