News

Ini Penyebab Tsunami Selat Sunda Tak Terdeteksi

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tsunami Selat Sunda tidak terdeteksi karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) salah meletakkan sensor pemantau ketinggian air laut. Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Instrumentasi Kalibrasi dan Rekayasa BMKG Hanif Andi Nugraha di Jakarta, Kamis 3 Januari 2019.

Sejak tiga tahun lalu, BMKG sebenarnya telah memasang alat itu di 16 dermaga penyeberangan dan pelabuhan di Indonesia. Salah satunya di Dermaga Penyeberangan Merak dan Bakauheni.

“Disaat Tsunami kemarin catatan perubahan ketinggian air laut di Dermaga Merak dan Bakuheni tidak signifikan, karena posisinya memang di dermaga yang menjorok ke daratan,” ujar Hanif.

Maka saat ini, BMKG memasang alat itu di dekat Gunung Anak Krakatau, tepatnya di dermaga Pulau Sebesi Lampung Selatan serta Labuhan Banten, tepatnya di PLTU Labuhan.

Menurut Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG, Widada Sulistya alat tersebut mengunakan sensor berupa tipe ultrasonic untuk menghitung kecepatan dari objek yang dipantau dan obyek bersifat stasioner untuk mengukur ketinggian permukaan air laut.

Data yang direkam sensor itu akan dikirimkan langsung ke server BMKG dan update setiap satu menit sekali untuk mengetahui ketinggian air permukaan laut di wilayah tersebut. Pemasangan sensor ini, digunakan pada AWS di 24 Stasiun meteorologi Maritim BMKG yang tersebar di Indonesia untuk mengukur ketinggian air di daerah sekitar pelabuhan.

Jika dibandingkan dengan buoy atau kabel bawah laut tsunamimeter yang dirancang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), alat sensor itu memang tidak terlalu akurat karena diletakkan di dermaga dan mencatat perubahan air laut melalui sensor yang dipasang.

Sedangkan buoy diletakkan di permukaan laut, sehingga pergerakan air laut sekecil apa pun akan terdeteksi akurat. (Nefan Kristiono)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close