
MATAINDONESIA, JAKARTA – Indonesia kehilangan lagi salah satu musisi terbaiknya. Dian Pramana Poetra menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis malam 27 Desember 2018, pukul 20.50, di kediamannya, Jl Tebet Barat VI H no 3 Jakarta Selatan.
Apa permintaan terakhir Almarhum sebelum meninggal? ”Ia ngotot minta pulang ke rumahnya ketika dirawat di rumah sakit,” ujar sahabat Dian Pramana Putra, Deddy Dukun.
Padahal menurut Deddy, pihak rumah sakit belum memperbolehkannya. “Akhirnya keluarganya mengiyakan dia pulang,” katanya.
Beberapa saat kemudian, setelah tiba di rumah, Dian pun menghembuskan nafas terakhir. Jenazah kini disemayamkan di rumah duka di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Kalimat terakhir yang didengar Deddy dari almarhum yakni permintaan terima kasih. “Dia bilang, terima kasih om Deddy, terus dia menangis,” katanya.
Dian Pramana Poetra lahir di Medan, 57 tahun lalu. Dian adalah salah satu vokalis yang mempopulerkan musik jazz di Indonesia di era tahun 80 an. Lagunya yang terkenal adalah Melati di Atas Bukit dan menjadi salah satu lagu terbaik di Indonesia hingga sekarang.
Nama Dian PP memang dikenal pada era tahun 80 an. Dian lahir dari lingkungan keluarga yang gemar bermain musik. Ayahnya, mahir bermain jazz dan sang ibu adalah seorang penyanyi keroncong.
Sewaktu remaja, Dian sempat bergabung dalam sebuah vokal grup bernama Bourest, yang dibentuk Yoppie Doank pada tahun 1977. Di vokal grup ini juga tergabung pemusik yang baru saja pulang dari Jerman Bagoes A. Ariyanto yang kelak menjadi mitra bermusik Dian Pramana Poetra pada solo album dan Kelompok 3 Suara (K3S).
Di tahun 1982, Dian diajak oleh Erwin Gutawa bergabung dalam kelompok Transs sebagai vokalis menggantikan Fariz RM yang mengundurkan diri. Sayangnya dalam New Transs, Dian tak sempat masuk ke bilik rekaman. Namun, karakter vokalnya yang jazzy meluluhkan almarhum Jackson Arief pemilik Jackson Records & Tape. Bersama dukungan Billy J Budiardjo dan Erwin Gutawa, Dian Pramana Poetra lalu melepas album perdananya di tahun 1983 bertajuk “Indonesian Jazz Vocal” yang melahirkan hits seperti “Melati Di Atas Bukit”, ”Semurni Kasih” dan “Kusabar Menanti”.
Kehadiran Dian Pramana Poetra memang menambah deretan pemusik serba bisa yang juga memiliki talenta kuat dalam menetaskan karya karya berkualitas. Ini jelas terlihat ketika Dian merilis album solo keduanya bertajuk “Intermezzo” yang didukung sederet pemusik mumpuni seperti Billy J Budiardjo, Erwin Gutawa, Bagoes A.Ariyanto, Uce Haryono hingga Raidy Noor.
Memasuki paruh dasawarsa 80-an, kegiatan musik Dian Pramana Poetra semakin bercabang. Antara lain bersekutu dengan Deddy Dhukun dalam membuat lagu. Dian bersama Deddy Dhukun lalu membentuk kelompok 2D dan juga K3S (Kelompok Tiga Suara) bersama Bagoes A.Ariyanto.
Namun, keperkasaan Dian PP mulai meredup ketika memasuki dasawarsa 90-an. Nyaris satu dasawarsa sosoknya seolah hilang ditelan bumi. Banyak yang mengira Dian Pramana Poetra benar benar mengundurkan diri dari hiruk pikuk industri rekaman.