News
Jangan Terlewat! Ini Fenomena Alam yang Terjadi Sepanjang 2019

MATA INDONESIA, JAKARTA-Malam pergantian tahun telah terlewati, memasuki babak baru tahun 2019, para pecinta keindahan panorama langit bakal disuguhkan sejumlah jadwal mengenai beberapa fenomena yang diperkirakan bakal muncul pada tahun Babi Tanah ini.
Penduduk dunia bakal disajikan fenomena alam yang bakal menghiasi langit bumi. Dari mulai super moon, hujan meteor dan masih banyak lagi. Apa saja fenomena langka itu, berikut daftarnya:
1. Super Moon
Pada 19 Februari, penduduk Bumi akan melihat supermoon di mana Bulan akan terlihat lebih besar dari ukuran normalnya. Bulan yang jaraknya 356.800 km dari akan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi tahun depan. Super moon akan membuat Bulan terlihat 30 persen lebih terang dan 14 persen lebih besar dibanding purnama lainnya.
2. Oposisi Jupiter
Planet terbesar di sistem Tata Surya, Jupiter, akan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi (dikenal dengan istilah Oposisi Jupiter) pada 10 Juni 2019. Saat itu, jarak Jupiter dari Bumi adalah sekitar 4,28 AU (1 AU=150 juta km). Anda bisa melihat Planet Jupiter dengan mata telanjang yang akan terlihat seperti bintang kuning terang yang tidak berkedip-kedip.
3. Oposisi Saturnus
Oposisi Saturnus merupakan sebuah peristiwa proses mengelilingi Matahari, Bumi dan Planet Saturnus terletak pada satu garis lurus dengan Matahari. Peristiwa Oposisi Saturnus bukanlah peristiwa yang cukup langka karena setiap tahun terjadi selama satu kali.
Planet Saturnus juga akan mendapatkan jarak terdekat ke Bumi tahun 2019. Namun, planet bercincin tersebut tidak akan sedekat Bulan atau Jupiter, sehingga masih dibutuhkan teleskop untuk melihatnya. Saat itu, jaraknya dari Bumi lebih kurang 9,03 AU. Oposisi Saturnus diperkirakan akan terjadi pada 9 Juli 2019.
4. Gerhana Bulan Parsial
Pada pertengahan tahun, Indonesia akan mengalami gerhana Bulan sebagian. Fenomena ini akan terjadi pada 17 Juli 2019.
Info Astronomi menulis baha kejadian tersebut akan berlangsung setidaknya selama 5 jam 34 menit dengan fase pasial hanya selama 2 jam 58 menit. Wajah Bulan akan tertutup sebesar 65 persen ke bayangan umbra Bumi.
Masyarakat di Indonesia bisa mulai mengamati pada 01.34 ketika Bulan memasuki bayang penumbra Bumi. Gerhananya sendiri baru akan terlihat mulai 03.01 hingga 5.59 WIB. Puncaknya adalah pada pukul 03.01 WIB.
5. Hujan Meteor Perseid
Perseid merupakan hujan meteor tahunan yang memiliki intensitas tinggi, antara 50-100 meteor per jam. Hujan ini bisa diamati dengan mudah karena meteornya berwarna cerah. Fenomena ini akan terjadi pada 13 Agustus. Dia bisa diamati di rasi bintang Perseus di belahan utara langit tanpa bantuan teleskop.
6. Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor yang satu ini merupakan remahan Komet Halley yang hanya terlihat dari Bumi setiap 75-76 tahun sekali. Intensitas jatuhnya sekitar 10-20 meteor dalam setiap jam pada puncaknya yang akan terjadi pada 21 Oktober 2019.
Orionid akan bisa diamati di tengah rasi bintang Orion yang membentuk pedang di ekuator langit dan terlihat di seluruh dunia. Puncak hujan akan dimulai pada tengah malam.
7. Hujan Meteor Geminid
Seperti namanya, hujan meteor ini memiliki titik radian di rasi bintang Gemini. Hujan meteor yang satu ini akan mencapai puncaknya pada 14 Desember dengan intensitas 80 meteor per jam.
Namun berbeda dari hujan meteor lainnya yang umumnya mulai bisa diamati pada tengah malam, hujan meteor Geminid baru dimulai pada pukul 2 dini hari menjelang Matahari terbit. Dia bisa diamati dengan mata telanjang di seluruh dunia.
Hujan meteornya cenderung tebal, berwarna putih dan jatuh dengan cepat. Dia berasal dari komet batuan bernama 3200 Phathon.
8. Gerhana Matahari Cincin
Penduduk Bumi di Indonesia juga akan disuguhi fenomena gerhana Matahari Cincin pada 26 Desember. Namun memang tidak semua wilayah bisa melihatnya tepat seperti cincin.
Berdasarkan peta yang disediadakan Eclipse Wise, wilayah Indonesia yang bisa mengamat gerhana Matahari cincin berada di sekitar garis khatulistiwa seperti sebagian Sumatera Utara dan Kalimatan Utara serta Kalimantan Barat.
Daerahnya mulai dari Pulau Simeulue, Sinabang, Pemangkat, Singkawang, Tanjung Selor hingga Derawan. Namun di luar daerah tersebut akan mengalami gerhana Matahari parsial mulai dari 72 persen hingga 92 persen.