
MATA INDONESIA, JAKARTA – Setelah “politik kebohongan,” Presiden Jokowi mengungkapkan lagi istilah “nyeleneh” untuk menggambarkan kondisi politik saat ini yaitu “politik sontoloyo.”
Pernyataan itu pertama kali dia ungkapkan saat membagikan lima ribu sertifikat tanah untuk warga Jakarta Selatan di Lapangan Bola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Selasa 23 Oktober 2018.
Dia mengeluarkan istilah tersebut menanggapi maraknya politisasi dana kelurahan yang akan didistribusikan tahun depan.
Hari ini 24 Oktober 2018 Jokowi menjelaskan maksud pernyataannya itu. Istilah “politik sontoloyo” dia tujukan kepada cara-cara tidak sehat yang digunakan para politisi untuk memperoleh simpati rakyat dengan cara yang tidak baik.
“Sering menyerang lawan-lawan politik dengan cara-cara yang tidak beradab, tidak ketika, tidak ada tata kramanya. Itu yang enggak sehat seperti itu,” kata Presiden Jokowi di Tangerang, Banten, Rabu 24 Oktober 2018.
Menurut dia saat ini bukan zamannya lagi menggunakan kampanye-kampanye, misalnya politik adu domba, politik pecah belah, politik kebencian.
Sekarang menurutnya kita harus menjalankan politik adu program, kontestasi program, kontestasi adu gagasan dan adu rekam jejak.
Jika politisi masih menggunakan cara-cara lama seperti itu lah yang disebut Politik Sontoloyo.
Presiden Jokowi menegaskan politik pecah belah tidak sama dengan kritik. Menurutnya kritik itu memberi masukan yang akan menjadi perbaikan. Itu tak masalah.(kris)