News

Kata Siapa Era Jokowi Tak Bisa Swasembada Pangan, Ini Faktanya

MATA INDONESIA, JAKARTA-Swasembada pangan adalah kunci dari kedaulatan suatu negara. Nah, semua ini mulai terwujud dalam era pemerintahan Joko Widodo. Target Indonesia tahun 2018 bisa swasembada tangan menjadi kenyataan. Banyak sudah pencapaian yang dilakukan selama empat tahun kepemimpinannya.

Sebelumnya, pemerintahan Jokowi memiliki pekerjaan rumah besar untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di ranah ketahanan pangan yang semakin terpuruk saat era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun itu semua terselesaikan dan terjawab dengan kerja nyata Presiden Joko Widodo untuk mengembalikan kejayaan Indonesia seperti dulu saat Pencapaian program swasembada pangan serupa pernah dilakukan oleh presdien ke 2 Republik Indonesia Suharto pada tahun 1987.

Pencapaian itu bukan bohong belaka, Anggota Bidang Maritim dan Agraria, Pri Menix Dey, yang juga Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI) mengatakan berdasarkan kajian The Economist Inteligence Unit (EIU) menunjukkan Global Food Security Index-GFS atau peringkat ketahanan pangan Indonesia membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurutnya, dari 113 negara yang dikaji, pada tahun 2017 Indonesia menempati rangking ke 69 dengan skor 51,3 dan naik 0,2 poin dibanding pada tahun 2016 yang menempati posisi 71 dengan skor 51,1.

Tak hanya itu di era Jokowi-JK setidaknya sudah dicabut 210 regulasi yang menghambat program pertanian. Diantaranya pengadaan tender diubah menjadi penunjukan langsung sehingga penyediaan sarana produksi menjadi cepat dan lancar.

Selain itu dukungan pembangunan infrastruktur air juga dilakukan mulai dengan irigasi seluas 3,5 juta hektar, cetak sawah dan optimalisasi lahan lebih dari 1 juta hektar.  “Mekanisasi alat pertanian secara besar-besaran sebanyak 300 ribu unit, penelitian teknologi benih juga berkembang pesat, menyediakan asuransi pertanian sebanyak 1 juta hektar pertahun dan program strategis lainnya,” katanya.

Secara kuantitatif, kata dia, kinerja pertanian dapat dilihat dari nilai produksi 2017 yang mencapai Rp 1,344 triliun atau naik Rp 350 triliun dari 2012. Kini tahun 2018 jumlah penduduk 265 juta jiwa atau bertambah 12,8 juta jiwa dari 2014 membutuhkan tambahan 1,7 juta ton beras terbukti dapat dipenuhi dari produksi sendiri.

Terkait jagung untuk pakan ternak yang selalu impor 3,5 juta ton setiap tahun. Kini di tahun 2017 sudah tidak impor dan bahkan 2018 sudah ekspor jagung. Begitu pun dulu selalu impor bawang merah, sejak 2016 sudah tidak impor dan bahkan sejak 2017 sudah ekspor. Dulu pun impor cabai segar, sejak 2016 sudah swasembada.

Untuk komoditas lain juga sudah ekspor ayam, ekspor telur, ekspor 62 ribu kambing dan lainnya. Volume ekspor, jenis komoditas, negara tujuan ekspor meningkat. Neraca perdagangan sektor pertanian 2017 surplus sekitar Rp 200 triliun. Investasi pertanian 2017 Rp 45 triliun naik 14 persen pertahun.

Bila data BPS menyebutkan saat ini jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami penurunan. dimana tahun 2015 terdapat 1,78 juta jiwa masyarakat miskin, kemudian tahun 2016 turun jadi 1,72 juta jiwa dan 2017 turun lagi sebanyak 16,31 juta jiwa.

“Artinya penurunan kemiskinan ini jelas akibat kebijakan pangan, karena penduduk di pedesaan sebagian besarnya adalah petani,” katanya.

Tak hanya itu saja, sektor pertanian di pemerintahan Jokowi masuk 25 besar dunia berdasarkan hasil riset EIU dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation tentang Indeks Keberlanjutan Pangan (Food Sustainability Index/FSI) pada 2017.

Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi dan India. Dan, yang paling membanggakan Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara atau ASEAN yang sukses menembus 25 besar.

Perlu di ketahui bahwa kenaikan hasil produksi pertanian semasa 1 tahun kepemimpinan Jokowi pada Maret 2015 Produksi PADI naik sebesar 6,64 persen dibandingkan dengan hasil panen tahun sebelumnya. produksi JAGUNG naik sekitar 8,725 persen dibandingkan tahun 2014 dengan kisaran 20,67 juta ton, serta produksi KEDELAI naik sekitar 4,59 persen dengan kisaran 998,87 ribu ton.

Kenaikan hasil produksi juga diikuti perluasan lokasi untuk penanamannya, tercatat ada 11 lokasi cetak sawah baru di tahun 2015 Merauke sebesar 10.000 hektar, Bombana, Wajo, Pinrang, Ogan Komering Ilir, Sanggau, Bima, Bangka barat, Mesuji, Pulang pisau dengan 1.000 hektar, dan 3000 hektar untuk Bangka Selatan.

 

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close