News
Kenalin Nih! Madame Claude, Si Ratu Muncikari di Dunia, Pelanggannya Shah Iran hingga Presiden AS

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dunia prostitusi seharusnya sudah mengenal Madame Claude, muncikari paling melegenda dalam sejarah. Ia menorehkan prestasinya di dunia ‘esek-esek’ setelah diketahui orang-orang yang jadi pelanggan perempuan-perempuan ‘peliharaannya’ bukanlah sosok sembarangan.
Lahir di Angers, Prancis pada 6 Juli 1923 dengan nama asli Fernande Grudet, tak ada yang pernah tahu sejarah asli asal-usul keluarganya. Sejumlah asumsi kontroversial meliputi kehidupan Claude, mulai dari dianggap sebagai anak aristokrat hingga hasil didikan biarawati, semuanya masih menjadi rahasia hingga ia menjemput kematian pada 19 Desember 2015 lalu.
Sebelum menjadi muncikari nomor satu, Claude dulunya adalah seorang pelacur yang aktif melayani pelanggan setelah Perang Dunia II usai. Namun, dalam sebuah catatan, Claude mengaku tak memiliki paras cukup cantik sebagai pemuas birahi lelaki, ia pun akhirnya beralih profesi sebagai pengelola manajemen pelacuran dan mendirikan jaringan prostitusi eksklusif di Paris pada 1961.
Dalam menjalankan bisnis prostitusinya, Claude tak pernah berurusan dengan masalah pencidukan atau penggerebekan paksa. Ada beberapa faktor yang membuat pelacuran Claude seakan kebal hukum, yaitu pelanggannya yang merupakan orang-orang kuat dan ia diduga bekerja sama dengan kepolisian. Satu-satunya masalah yang membuat Claude dipenjara hanyalah urusan pajak, selebihnya aman.
Madam Claude tutup usia di Nice pada 19 Desember 2015 di usianya yang ke 91 tahun. Namanya banyak dikenang dalam beragam catatan dan kisah-kisah yang ditulis para penulis besar. Bahkan, kisah hidupnya sempat menjadi sebuah film berjudul Madame Claude yang rilis tahun 1977 dengan sutradara Just Jaeckin.
Pelanggan Pelacuran Claude, Shah Iran hingga John F Kennedy
Madame Claude pernah membongkar sebuah fakta bahwa ia mengklaim pelanggannya adalah orang-orang yang besar. Ada nama mantan Presiden AS John F Kennedy, bos Fiat Gianni Agnelli sampai Shah atau Raja Iran.
Claude mengaku tak menerima pelanggan-pelanggan miskin dengan uang pas-pasan. Hal inilah yang menjadikan pelacurannya begitu eksklusif dan hanya bisa dinikmati orang-orang tertentu. Namun, ia selalu menyajikan pelayanan yang memuaskan, sesuai dengan permintaan pelanggannya.
Ada nama besar lain dalam daftar pelanggan Claude, di antaranya adalah Elie de Rothschild, Lord Mountbatten, Aristoteles Onnasis, Maria Callas, Marc Chagall, hingga Rex Harrison. Ada juga nama populer lainnya yang mengejutkan seperti Marlon Brando dan Moammar Qaddafi. Wow!
Salah satu cerita yang cukup terkenal tentang pelacuran Claude adalah saat ia bersama Rosthchild dan Lord Mountbatten dalam satu pesawat jet pribadi. Saat itu, Claude menyediakan banyak perempuan-perempuan binaannya untuk memuaskan dua sosok tersebut.
Ada juga kisah tentang John F Kennedy yang meminta seorang pelacur dengan persyaratan harus mirip dengan istrinya, yaitu Jacqueline Kennedy Onassis, namun dengan tampilan lebih ‘hot’. Permintaan itu pun disanggupi oleh Claude.
Kisah lainnya pun ikut menyelimuti mewahnya pelacuran ala Claude, seperti Gianni Agnelli yang membawa pesta ‘esek-esek’ ke sebuah peringatan Misa, sampai menumpuknya perhiasan koleksi Claude yang diberikan oleh Shah Iran.
Menyimpan banyak rahasia seksual terlarang para tokoh dunia, kabarnya kesaksian Claude pernah disewa oleh CIA untuk menakut-nakuti dan menjaga moral para pemimpin negara maupun tokoh besar dalam sebuah pembicaraan damai di Paris. Hebat ya.
Keruntuhan kejayaan pelacuran Claude dimulai pada 1976. Saat itu, ia diburu oleh hakim Jean-Louis Bruguire yang mulai menyelidiki semua aktivitas organisasi Claude. Ia dikejar karena tak membayar pajak sebesar 4,9 juta euro.
Madame Claude lalu melarikan diri ke Los Angeles, AS. Namun ia kembali lagi ke Paris pada tahun 1986 dan menjalani hukuman penjara selama empat bulan. Setelah itu, ia mendirikan pelacuran baru, namun dijatuhui hukuman lagi pada 1992 di penjara Fleury-Merogis.
Salah satu pernyataan yang terkenal saat Claude menjalankan bisnis prostitusinya adalah, “Semua orang akan membayar untuk makanan dan seks. Sedangkan aku tidak bisa memasak”. Hal inilah yang mendorong Claude mencari uang sebanyak-banyaknya dari ‘bisnis lendir’.
Bagaimanapun tanggapan dunia terhadap profesi Madame Claude, ia tetap dianggap sebagai salah satu inspirasi besar di dunia. Bukan tentang pelacurannya, tapi tetang bagaimana ia bertahan hidup seorang diri di kelilingi pelanggan-pelanggan berposisi kuat. (Ryan)