
MATA INDONESIA, JAKARTA – Sesekali Pierre-Louis Padang Coffin datang menjenguk sang Ibunda, NH Dini ke Indonesia. Begitu sebaliknya. NH Dini sering melepas kangen dengan anak dari hasil pernikahannya dengan diplomat Perancis Yves Coffin.
Saat usianya masih 17 tahun, Pierre harus menghadapi perceraian orang tuanya pada 1984. Ia lantas ikut ayahnya, sementara Dini kembali ke Indonesia. Sejak saat itulah anak dan ibu ini saling bertemu sapa untuk sekedar tahu kabar masing-masing.
Dari Indonesia, NH Dini acapkali menjalin komunikasi akrab dengan anak-anaknya. Mereka saling berkirim surat elektronik. Kadang ia menyempatkan diri ke Kanada, sesekali ke Perancis. Pierre bahkan pernah datang ke Indonesia.
Ketenaran NH Dini sebagai seniman dan sastrawan pun tampaknya menular ke Pierre yang menggeluti karir sebagai animator. Bahkan Pierre didaulat menjadi sutradara film Minions, sebuah karya apik dari tangan terampilnya.
NH Dini bukan tak tahu anaknya telah merengkuh sukses. Saat Pierre menelurkan Despicable Me dan Despicable Me 2, ia mengajak keluarganya menonton hasil karya sang putra.
Atas karyanya tersebut, Pierre mendapat pujian seantero Hollywood bahkan dunia. Sebenarnya, Pierre mengawali kariernya di Amblimation, studio animasi 2D di London. Di sana ia mengerjakan We’re Back! A Dinosaur’s Story besutan Steven Spielberg. Ia kemudian menjadi animator lepas di studio CGI Perancis Ex Machina sebagai animator, pengawas animasi, dan sutradara.
Setelah itu, ia dan Chris Renaud berkolaborasi dengan Passion Pictures Paris dan Mac Guff dalam proyek film fitur animasi CGI Despicable Me (2010) pesanan Universal. Ia juga mengisi suara untuk beberapa tokoh figuran. Pierre Coffin juga membuat animasi berjudul Pings (film animasi penguin yang dilukai atau dibunuh).
Pada tahun 2013, Coffin dan Renaud menjadi sutradara Despicable Me 2. Ia dan Kyle Balda akan menyutradarai film pecahan Despicable Me, Minions.
Uniknya, Pierre pernah mengaku dahulu tidak terlalu mengenal karya ibunya. Alasannya, novel-novel NH Dini tidak diterjemahkan ke bahasa Perancis.
Ia hanya tahu ibunya penulis kenamaan Indonesia, dan malu karena tak membaca karyanya. Namun Pierre ingin membaca. Jika ada bahasa yang tak ia mengerti, katanya, ia bertanya ke teman-teman ibunya. Yang jelas, itu tak menghalangi ikatan darah dan komunikasi intens di antara mereka
Namun takdir berkata lain. Selasa 4 Desember 2018 menjadi hari terakhir NH Dini hidup di dunia ini. Senyumnya pun hanya bisa dikenang Pierre dan berharap sang ibunda tetap menjaganya dari Surga.
Ya, NH Dini menjadi korban kecelakaan lalu lintas di jalan Gombel. Mobil yang pemilik nama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatini tersebut, tertimpa muatan truk di depannya saat perjalanan pulang dari tusuk jarum. Ia diduga gegar otak dan meninggal pukul 16.00 WIB.
Saat ini jenazah masih disucikan di RS Elizabeth utk disemayamkan di Wisma Lansia Harapan Asri. Bsk stlh pukul 12.00 WIB akan dikremasi di pemakaman Kedungmundu Semarang.