HeadlineKisah

Mengenang Bambang Widodo Umar, Perwira Polisi yang Gagalkan Pembajakan Pesawat Merpati MZ 171

MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia kembali kehilangan seorang begawan hukum, Prof Dr Bambang Widodo Umar. Pria yang pernah berpangkat Komisaris Besar (Kombes) Polisi ini menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin 14 Januari 2019 di RS Persahabatan Jakarta Timur.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, banyak kisah dari dosen program pascasarjana kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia ini yang bisa dikenang masyarakat. Salah satunya saat Bambang berhasil menghentikan pembajakan pesawat Merpati.

Buat kalian tahu nih, pembajakan Merpati ini terjadi pada 5 April 1972, atau sebelum terjadinya pembajakan pesawat Garuda di Woyla. Pesawat jurusan Surabaya-Jakarta tersebut dibajak desertir KKO TNI AL, Hermawan yang memaksa pilot mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta.

Ketika itu, Bambang yang saat itu berpangkat Inspektur Polisi Tingkat II, bersama perwira reserse Kepolisian Yogyakarta lainnya meluncur untuk menumpas aksi pembajakan tersebut.

Keberanian Bambang saat itu patut diacungi jempol. Sebab saat itu dirinya merupakan perwira muda yang baru lima bulan lulus Akademi Kepolisian. Usianya baru 24 tahun. “Saat kami sampai, di Bandara sudah ramai. Ada TNI AU berjaga di sekeliling pesawat jenis Vickers Viscount MZ-171 tersebut,” kata Bambang Widodo Umar.

“Saya terus lihat ke pesawat. Saya perhatikan, kaca pilot itu kok membuka dan menutup terus. Saya ambil kesimpulan, pilot mencoba memberi tanda. Kalau kaca membuka, pembajak ada di belakang. Kalau kaca menutup, pembajak ada di kokpit,” kata Bambang.

Melihat kondisi itu, Bambang tiba-tiba maju mendekat ke pesawat. Naluri polisinya berkata dia harus mengambil tindakan. Jika kaca menutup, pertanda ada pembajak, Bambang mencoba merunduk agar tak ketahuan.

“Jarak antara apron dan pesawat itu kira-kira 200 meter. Saya maju pelan-pelan. Banyak orang di bandara memperhatikan saya, Tapi waktu itu saya benar-benar terfokus pada pesawat itu,” ujarnya.

Setelah dekat Bambang mencabut pistol revolver miliknya. Dia meminta tangga dan mencoba naik ke kokpit pesawat. Sayangnya, tangga itu kurang tinggi. Bambang tak bisa melihat situasi dengan jelas, pandangannya terhalang. “Saya bicara dengan pilot. Dia bilang kalau tidak bisa menembak, serahkan saja pistolnya pada saya (pilot). Saya bisa menembak. Pilotnya itu anggota TNI AU yang dikaryakan,” kata Bambang menirukan ucapan Kapten Pilot Hindiarto.

“Saat itu saya refleks memberikan pistol saya padanya. Saya takut juga kalau ketahuan pembajak malah nanti pistolnya diambil, tapi saat itu saya yakin saya harus memberikan pistol itu.”

Tiba-tiba Hermawan berbicara, pembajak ini kesal karena permintaannya tak dipenuhi. Dia memutuskan untuk meledakkan pesawat dan seluruh penumpangnya. Suasana tegang, semua orang di bandara menahan napas meyaksikan detik-detik menegangkan itu.

Tiba-tiba terdengar tembakan pistol tiga kali. ‘Dor..dor..dor! Pilot Hindiarto berhasil menembak mati Hermawan.

Drama pembajakan berakhir. Kapten Pilot Hindiarto mengembalikan pistol milik Bambang sambil memeluk dan mengucapkan terima kasih. Inspektur Bambang dipuji Presiden Soeharto.

Kejadian itu merupakan pertama kalinya perwira muda itu terbang naik pesawat. Sayangnya Bambang batal naik pangkat luar biasa. Dia dipanggil ke Mabes Polri dan ditanyai macam-macam, mereka menilai tindakan Bambang memberikan pistol pada pilot sangat berbahaya.

Inspektur Bambang pun adu argumen, Mabes Polri akhirnya bisa menerima penjelasan perwira muda berani ini.

Selamat jalan Prof Bambang! Indonesia bangga memilikmu!

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close