News
Mengulik Tantangan dan Pembenahan TNI di ‘Jaman ‘Now’

MATA INDONESIA, JAKARTA – Memasuki usia ke-73, banyak tantangan yang bakal dihadapi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di jaman ‘now’ saat ini. Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati pun membeberkan apa saja tantangan dan hal yang harus dibenahi TNI.
Semisal pada tahun politik ini, Susaningtyas menilai soliditas TNI Polri merupakan suatu keniscayaan. Termasuk dalam hal netralitasnya.
Menurut dia, perebutan kekuasaan akan memunculkan ruang perdebatan yang menjurus pada perang urat syaraf yang sedikit kepeleset saja bisa jadi tragedi permusuhan. “Hal ini harus diantisipasi jauh hari. Dan pihak yang dapat mencegah dan menanggulangi ini adalah TNI Polri,” kata Susaningtyas di Jakarta, Jumat 5 Oktober 2018.

Integrasi sistem informasi pun disoroti Susaningtyas untuk segera dibenahi. Karena secara kekinian, TNI harus menjaga tertatanya dengan baik mulai dari integrasi sistem informasi, interoperability sistem informasi hingga composability sistem informasi.
Semua itu agar informasi perkembangan keadaan yang ada dapat terintegrasi dan diterima dengab tepat cepat oleh prajurit utamanya yang berada di lapangan. Sehingga tak ada kesalahpahaman.
Pembenahan selanjutnya adalah peningkatan kompetensi dan kapasitas prajurit TNI untuk menjadi scholar warrior. Kompetensi prajurit TNI harus mencapai tingkatan setara dengan kompetensi prajurit negara maju.
Kapasitas prajurit TNI harus mencapai tingkatan intelektual akademik melakukan analisis berbagai operasi militer secara ilmiah. “Pembenahan TNI juga diarahkan untuk mencapai efisiensi organisasi agar lebih responsif menghadapi berbagai jenis ancaman mulai dari ancaman militer, ancaman non-militer dan ancaman nirmiliter.”
Ia juga menyoroti pembenahan organisasi TNI, baik struktur dan posturnya agar lebih tanggap mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional.
Di kancah internasional, selain hard power dan soft power, maka Indonesia juga dapat mengoptimalkan smart power. “Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, maka Indonesia sebagai ASEAN leader dapat memperkokoh jejaring dengan berbagai negara dan organisasi internasional yang menangani global security,” kata dia.
Smart power Indonesia dapat dijabarkan ke dalam berbagai program aksi ASEAN Political-Security Community (APSC) untuk mewujudkan perdamaian di berbagai belahan dunia yang dilanda konflik. Maka pada periode 2019-2020 dapat menjadi peluang Indonesia menjadi global player yang sesungguhnya sebagai penjaga perdamaian dunia.
Smart power ini dapat ditunjukkan dengan memberi kesempatan beberapa Perwira Tinggi TNI untuk menjadi komandan misi PBB, seperti Perwira Tinggi TNI AL berbintang tiga sebagai Komandan Maritim Misi PBB di Libanon (UNIFIL Maritime Task Force Commander). “Promosi jabatan tersebut juga sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia untuk berperan aktif menjaga perdamaian di Timur Tengah,” ujarnya. (Tian)