
MATA INDONESIA, JAKARTA – Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko minta semua pihak tidak perlu terbawa perasaan (Baper) perihal foto dirinya bersama Co-founder Media Hongkong Asia Sentinel, Lin Neumann.
Sebuah foto yang sedang viral belakangan menunjukkan Moeldoko berfoto dengan sekitar 16 anggota American Chamber (Am Cham). Salah satu di antaranya adalah Lin Neumann.
Pertemuan itu memang dilakukan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Mei 2018. Foto itu diunggah Rachland Nashidik pada akun twitternya @RachlandNashidik.
Pertemuan itu menurut mantan Panglima TNI tersebut tidak ada kaitannya dengan pergerakan politik maupun intervensi pemberitaan Asia Sentinel.
Ia pun menegaskan pertemuannya dengan American Chamber termasuk dengan Co-founder Media Hongkong, Asia Sentinel, Lin Neumann tidak ada kaitannya dengan pergerakan politik maupun intervensi pemberitaan Asia Sentinel.
“Itu hanya kepentingan KSP untuk bisa memberikan kejelasan kepada investor, para pengusaha luar negeri yang sudah menanamkan uangnya di Indonesia karena kita ingin menarik investasi lain sehingga perlu penjelasan soal situasi negara,” katanya di Istana Kepresidenan, Selasa 18 September 2018.
Moeldoko juga mengaku tidak tahu Lin yang menjabat ketua AmCham itu merupakan orang penting di Asia Sentinel.
Dia juga menegaskan pada pertemuan itu tidak ada komunikasi secara khusus dengan Neumann. Soalnya pertemuan itu hanya berlangsung 45 menit.
Sebelumnya politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik mengunggah foto tersebut di akun twitternya dan menduga Istana Kepresidenan terlibat upaya mendeskreditkan Susilo Bambang Yudhoyono melalui media online tersebut.
Foto itu menggambarkan Moeldoko sedang duduk duduk bersama empat orang anggota AmCham sedangkan 12 lainnya berdiri di belakang mereka. Lin berdiri paling belakang. Bagi Rachland bukti itu sudah cukup menunding Istana Presiden terlibat dalam rekayasa pembunuhan karakter SBY.
Dalam laporan berjudul “Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy” yang ditulis John Berthelsen laman berita Asia Sentinel menyebutkan adanya konspirasi pencurian uang negara sebesar 12 miliar dolar AS yang melibatkan 30 pejabat negara dan mencucinya melalui perbankan internasional. Sejak menjadi polemik konten itu telah dicabut dari laman Asia Sentinel.(kris)