unique visitors counter
News

Mudik, Momentum Silaturahmi Nasional dalam Peningkatan Roda Perekonomian Masyarakat

Tinggal beberapa hari lagi umat Islam Indonesia akan merayakan hari raya Idhul Fitri 1 syawal  1438 Hijriah.  Sebuah tradisi yang sangat langka dan hampir tidak ditemui  di negara manapun kecuali Indonesia adalah ritual satu tahunan, merayakan hari Raya Idhul Fitri yang diwarnai dengan “mudik akbar” jutaan orang dari satu daerah ke daerah lain.  Penomena unik, klasik dan monumental tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang hingga saat ini terus di wariskan dari generasi ke generasi. Silaturahmi akbar antar individu, keluarga, kerabat dan handai tolan menjadi perekat dan sekaligus memperkuat motivasi mudik menjadi tradisi tersendiri di tengah masyarakat kita.  Bahkan mereka rela terjebak kemacetan berjam-jam atau bahkan berhari hari demi bisa berkumpul dan bersilaturahmi dengan orang tua, keluarga, sanak dan famili di kampung halamannya.

Kalau kita telaah lebih jauh,  istilah  mudik sebenarnya berasal dari  kata “mudik” yang sebenarnya merupakan singkatan yang berasal dari bahasa jawa ngoko (kasar) yang kepanjangannya adalah “Mulih Dilik” yang dapat diartikan “Pulang Sebentar”,  namun seiring dengan perkembangan, kata mudik kini telah mengalami pergeseran makna, mudik dikaitkan dengan kata ‘udik’ yang artinya kampung, desa, dusun, atau daerah yang merupakan lawan kata dari kota.  Dengan pendekatan itu, maka kata mudik diartikan sebagai kegiatan seseorang pulang ke desa atau kampung halamannya.

Konon sejaranya tradisi mudik itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, ketika itu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya. Hal ini dilakukan untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki atau mencari barokah dari leluhurnya.  Namun demikian    istilah mudik Lebaran baru berkembang sekitar tahun 1970-an. Saat itu Jakarta sebagai ibukota Indonesia tampil menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Bagi penduduk lain yang berdomisili di desa, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mereka mengubah nasib.  Lebih dari 80 persen para urbanis datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja.

Momentum inilah yang dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman, sama seperti halnya di Jakarta, mereka yang bekerja di kota lainnya, biasanya hanya bisa pulang ke kampung halaman pada saat liburan panjang yakni saat libur lebaran, sehingga momentum ini meluas dan terlihat begitu berkembang menjadi sebuah fenomena yang terus berlangsung hingga saat ini.

Tradisi Mudik lebaran yang saat ini telah melembaga tentu memberikan nilai positif bagi kemajuan dan perekonomian masyarakat, namun pada sisi lain sudah barang tentu akan berimplikasi negatif bagi terjadinya  kemacetan lalu lintas di berbagai sudut wilayah, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian personil dan materiil serta beberapa ekses negatif lainya akibat padatnya lalu lintas jutaan orang tersebut.  Namun demikan beberapa nilai positif yang terbangun dari tradisi mudik :

Pertama. Tradisi mudik menjadi momentum silatuhahmi nasional  dalam spektrum yang lebih luas, sehingga akan berdampak bagi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, Kedua. Dengan bergesernya jutaan orang dari kota-kota ke desa sekaligus terjadi pergeseran nilai uang rupiah dalam jumlah besar, kondisi tersebut dengan sendirinya akan mampu menopang dan mendorong roda perekonomian masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat di pedesaan, Ketiga. Tradisi mudik harus membawa implikasi kasalehan sosial.  Melalui infaq, sodaqoh berbagai donasi/sumbangan sosial akan berimplikasi positif bagi kehidupan sosial masyarakat, Keempat. Makna mudik mampu memberikan inspirasi spiritual sebagai insan ciptaan Tuhan yang memiliki dua demensi dalam kontek hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antar manusia, sehingga pasca mudik akan membangun spirit kerjasama, gotong royong dan kerja keras untuk kemajuan dan kemaslakatan.

Akhirnya  mari kita jadikan mudik lebaran tahun ini sebagai momentum nasional dalam memupuk dan meningkatkan persatuan dan kestuan bangsa serta sebagai wahana dalam peningkatan roda perekonomian masyarakat. Redaksi mataindonesia mengucapkan “Selamat hari raya Idhul Fitri, 1 Syawal 1438 Hijiah, mohon maaf lahir bathin”.  Kita jadikan mudik sebagai media penyadaran diri untuk kembali ke fitrah sebagai manusia sejati dan jangan lupa masih banyak persoalan dan kebutuhan lain pasca mudik, dengan begitu kita bisa mengatur berbagai hal secara cermat. (Redaksi)

Related Articles

Close