News

Muhammadiyah dan NU Akan Perbanyak Konten Wasatiyah Islam di Internet

MATAINDONESIA.ID, JAKARTA – Dua ormas besar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) akan memperbanyak konten Islam Wasathiyah atau Islam moderat di internet, sehingga diharapkan bisa membendung radikalisme di berbagai belahan dunia.

Hal ini disampaikan dalam diskusi selama 3.5 jam yang diadakan Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi di Aula PGK, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (26/7).

Diskusi yang berlangsung dari pukul 14.00 – 17.30  ini bertema ‘Strategi Mempromosikan Wasathiyah Islam Lewat Diplomasi Media Sosial‘ dihadiri empat narasumber yaitu: 1) Hajriyanto Y Thohari, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Wakil Ketua MPR 2009 – 2014, 2) Marbawi, Ketua Yayasan Nusadamai, Ketua Umum GNKRI, 3) Savic Ali, Direktur Pemberitaan Nahdlatul Ulama Online, Pendiri islami.co, 4) Tauhid Nur Azhar, Dewan Pakar Neurosains Indonesia, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung dan C-Gen Indonesia.

Savic Ali, Direktur Nahdlatul Ulama Online, Pendiri islami.co, menuturkan bahwa NU sudah lama mengamalkan wasatiyah Islam di darat, namun konten-konten yang diproduksi terkait wasatiyah Islam masih minim. Sekarang alhamdulillah website http://www.nu.or.id/ dan https://islami.co/ sudah mampu bersaing dengan website-website lainnya yang dalam tanda kutip banyak memuat konten radikal. Savic Ali juga mengajak siapapun untuk menulis di kedua website islami.co.

Direktur Nahdlatul Ulama Online, Pendiri islami.co, Savic Ali

“Dakwah kita merangkul, namun kita juga tidak boleh membiarkan akun-akun medsos dan website yang menyebarkan kebencian, sebab jika kita diam mereka merasa apa yang disampaikannya benar, kita harus memberikan peringatan. Ibarat sepakbola, kita menahan gocekan bola mereka dengan konten-konten yang baik. Meskipun banyak keterbasan, saya dan teman-teman terus keliling mengajak anak-anak muda memproduksi konten untuk keutuhan dan kemajuan NKRI ini”, ujar Savic Ali.

Sementara itu, Hajriyanto Y Thohari, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Wakil Ketua MPR 20014 – 2019 mengatakan bahwa sama dengan NU, di Muhammadiyah juga masih sedikit produksi konten untuk media sosial terkait wasatiyah Islam. Terkait konten seperti apa yang akan diproduksi, Hajriyanto menyarankan agar konten-konten tersebut tidak hanya sekedar kata-kata tetapi juga berisi perbuatan nyata di lapangan.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Hajriyanto-Y.Thohari

“Di lapangan, kita banyak sekali menemukan praktek-praktek wasatiyah Islam yang dilakukan masyarakat. Ini harus di videokan, ditulis dan disebarkan. Sebab konten yang berisi teladan-teladan seperti ini lebih kuat dari sekedar kata-kata. Kita di Muhammadiyah juga berkomitmen untuk meningkatkan produksi konten terkait wasatiyah Islam”, tutup Hajriyanto.

Diskusi ini dihadiri para pegiat media sosial, wartawan, humas kementerian agama. Hariqo Wibawa Satria, Direktur Eksekutif Komunikonten mengatakan kegiatan ini bertujuan mendorong setiap orang menjadi juru bicara wasatiyah Islam dengan media sosialnya masing-masing. Diplomasi media sosial adalah gotongroyong yang kita lakukan untuk kepentingan nasional NKRI. Sebab citra baik sebuah negara di mata dunia internasional tidak saja karena pidato pejabatnya di forum-forum resmi, namun juga oleh apa yang diproduksi dan disebarkan oleh warganya di media sosial.

Sebelumnya, Indonesia berinisiatif mengadakan Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia pada 1 – 3 Mei 2018 lalu di Bogor. Kegiatan ini dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, dihadiri berbagai ulama dunia termasuk Grand Sheikh al-Azhar, Kairo, Ahmad Muhammad ath-Thayyib. Di akhir pertemuan itu, Din Syamsudin, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban mengatakan bahwa KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia pada 1 – 3 Mei 2018 di Bogor, Indonesia menyepakati tujuh nilai utama wasatiyah.

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close