Nawacita, Jokowi Sulap Peninggalan Perang Dunia II Jadi Bandara Werur

MATA INDONESIA, PAPUA BARAT – Pada masa Perang Dunia ke-2, ada sebuah pangkalan udara yang digunakan pasukan Jepang dan Sekutu secara bergantian. Bandara itu bernama Douglas McArthur.

Sebuah bandara yang terletak di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Pada masa itu, peran pangkalan udara tersebut sangat vital sebagai gerbang udara di kawasan timur Indonesia. Namun setelah masa PD II, pangkalan udara tersebut sudah tak dipergunakan lagi.

Barulah di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dan inisiatif Pemerintah Daerah setempat, pangkalan udara tua tersebut dibangun kembali pada tahun 2015 dan menjadi sebuah bandar udara (Bandara).

Nama Douglas McArthur pun diganti menjadi Bandara Werur, sesuai Pasal 6 huruf c Permendagri Nomor 39 Tahun 2008 mengatur bahwa prinsip penamaan rupabumi menggunakan nama lokal.

Pembangunan Bandara Werur ini sekaligus mewujudkan program Nawacita Pemerintahan Presiden Joko Widodo terutama Cita ke-3 yaitu: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta Cita ke-7 yaitu: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Kehadiran bandara ini juga menjadi alternatif wisatawan yang ingin berkunjung ke Raja Ampat. Sebab bandara yang digarap oleh Kementerian Perhubungan bersama pemerintah Kabupaten Tambrauw, letaknya cukup strategis berhadapan dengan Samudera Pasifik dan bersebelahan dengan Raja Ampat.

Karena letak strategisnya itulah, Bandara Werur bisa dikatakan sebagai gerbang kebangkitan ekonomi dan pariwisata di wilayah tersebut. Serta sebagai penunjang pemerataan di Papua Barat. Dampak positif lainnya yakni terpangkasnya harga-harga kebutuhan pokok karena distribusi pengangkutannya yang lebih lancar dengan menggunakan pesawat.

Berikut spesifikasi Bandara Werur yang wajib Anda ketahui:

Nama Bandara: Bandar Udara Werur
Alamat: Distrik Sausapor, Desa Werur Kabupaten Tambrauw- Propinsi Papua Barat
Runway: 30 x 1400 m (lapisan hotmix tebal 5 cm) Taxiway: 94 x 18 m
Apron: 85 x 70 m
Gedung terminal penumpang : 600 m2
Gedung PKP-PK: 200 m2
Gedung kantor: 135 m2