News
Peneliti Sebut Efek Vaping Lebih Buruk dari Merokok

MATA INDONESIA, JAKARTA-Keberadaan rokok elektrik atau vape memang menjadi tren saat ini. Tak banyak dari mereka yang bisa merokok secara konvensional beralih ke vaping karena dianggap tidak berbahaya.
Tapi, pada kenyataannya berdasarkan penelitian, efek bahaya yang ditimbulkan dari rokok eletrik ini dapat merusak paru-paru dan memicu peradangan yang disebabkan oleh bahan perasanya.
Tim dari Yunani bahkan menyebut meski penggunaan berlangsung dalam jangka pendek dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau sama dengan penggunaan dalam waktu lama.
Dalam percobaan yang dilakukan kepada tikus, ditemukan zat aditif termasuk perasa yang menyebabkan peradangan paru-paru.
“Efek ini merupakan dari uap E rokok. Untuk itu perlunya penyelidikan lebih lanjut tentang keamanan dan toksisitas perangkat yang berkembang pesat di seluruh dunia ini,” ujar penulis penelitian Dr Constaninos Glynos dilansir di The London Economic, Jumat 12 Oktober 2018.
Mereka mensimulasikan merokok dengan rokok biasa dengan rokok yang menyeluarkan uap berasal dari bahan kimia cair dalam cartridge isi ulang yang biasanya mengandung propilen glikol, nikotin, dan perasa.
Temuan yang dipublikasikan dalam American Journal of Physiology-Lung Cellular menunjukkan e-rokok dan isi ulangnya tidak diatur dengan baik. Efek jangka panjang terhadap kesehatan masih belum diketahui.
Para peneliti lalu membandingkan beberapa kelompok tikus yang menerima paparan asap e-rokok dengan berbagai kombinasi kimia empat kali dalam sehari. Setiap sesi dipisahkan interval bebas asap selama 30 menit.
“Dalam temuan kami menunjukkan bahwa paparan e-rokok dapat memicu respon inflamasi dan memengaruhi mekanika sistem pernapasan. Dalam banyak kasus, rasa tambahan pada e-rokok memperparah efek merugikan dari vapor tersebut,” ujar Dr Glynos.
Penemuan ini melanjutkan penelitian Inggris awal tahun ini yang juga menyarankan vaping lebih berbahaya daripada yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian ini menemukan beberapa efek yang mirip dengan yang terlihat pada perokok dan orang-orang dengan penyakit paru-paru kronis serta meningkatkan produksi bahan kimia inflamasi dalam tubuh. (Tiar Munardo)