
MATA INDONESIA, JAKARTA – Jenny (bukan nama sebenarnya) tak pernah menyangka hidupnya akan berjalan tragis. Ia menjadi korban perbudakan modern sejak umur 11 tahun. Bahkan pada usia 13 tahun ia diperintahkan untuk berhubungan seks dengan bandar narkoba untuk melunasi utang orang lain.
Jenny dipaksa melayani nafsu enam hingga tujuh orang dalam satu waktu dan dipaksa mengkonsumsi narkoba agar kuat. Jika Jenny menolak ia akan diperlakukan buruk hingga pernah akan dibakar hidup-hidup.
Siksaan pun kerap dilakukan orang-orang yang memperdagangkannya. Sesekali ada yang pernah menyiramkan bensin ke tubuhnya dan mengancam akan membakarnya.
Jenny mengaku dirinya sempat melarikan diri ke daerah lain namun ‘geng’ penikmat seks selalu berhasil menjumpainya. Saya benar-benar menjadi mati rasa, seperti bukan orang hidup,” katanya.
Ia mengatakan kehilangan peluang dari para petugas pemerintah atau pihak berwenang. “Saya sebetulnya bisa diselamatkan lebih awal”.
Ya, Jenny adalah bagian dari secuil korban perdagangan manusia di Inggris. Tercatat pada tahun 2018 ada 86 kasus yang terungkap.
Menurut Direktur unit anti perdagangan dan perbudakan modern dari organisasi amal The Salvation Army, Kathy Betteridge, jumlah tersebut naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya 44 kasus.

Kathy mengungkapkan, selain di pekerjakan sebagai budak seks mereka kerap dijumpai di salon dan tempat pencucian mobil. “Mereka harus menjalani penyiksaan, kerja paksa dan eksploitasi seksual, “ kata Kathy seperti dikutip dari BBC, Senin 12 November 2018.
Sementara Dr Cheryl Mvula, dari Stop the Traffik, mengatakan, kasus ini adalah sindikat kriminal yang sangat berbahaya, terorganisir dengan baik. “Mereka memperdagangkan manusia untuk meraih keuntungan, karena orang lebih mudah bepergian ketimbang narkoba dan senjata,” kata dia. (Yurinta Aisarah)