Jakarta (MI) – Pertemuan antara Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Kamis malam (27/7), di Puri Cikeas, Bogor, berlangsung rileks dan dipenuhi canda tawa diantara keduanya. Pertemuan tersebut sekaligus langkah awal diplomasi politik diantara kedua partai, yang sebelumnya mandek.
Prabowo sepakat untuk bekerja sama dengan SBY dalam pertemuan itu, karena dirinya menganggap ada masalah yang mengkhawatirkan dengan demokrasi sehubungan disahkannya Undang-undang Pemilu dengan presidential threshold 20 persen.
Prabowo menyatakan bahwa hasil rapat paripurna RUU Pemilu yang mengesahkan presidential threshold 20 persen adalah sebuah lelucon politik yang menipu rakyat Indonesia. “Partai Gerindra tidak mau ikut dalam sesuatu yang melawan akal sehat dan logika,” dia menjelaskan.
“Demokrasi pelaksanaannya adalah pemilu. Setiap upaya mengurangi kualitas demokrasi atau menggunakan cara-cara yang tidak sesuai dengan akal sehat, atau menyakiti kemampuan berpikir rakyat Indonesia, bagi kami adalah hal yang mencemaskan. Oleh sebab itu, saya mengintruksikan agar Gerindra walk out dalam rapat paripurna 20 Juli lalu, agar tidak ditertawakan oleh sejarah,” demikian Prabowo menjelaskan.
Dia melanjutkan, "Kami akan terus komunikasi. Saya sangat sependapat dengan pak SBY, kita harus lakukan check and balances, setiap kekuasaan harus diawasi dan diimbangi."
Prabowo maupun SBY menganggap pertemuan ini tidak spesial, tapi bila berkaca pada Pilpres 2009 dan 2014, pertemuan ini menunjukkan sikap politik keduanya yang mencair. Pada Pilpres 2009 Prabowo merupakan cawapres mendampingi Megawati, yang menjadi lawan SBY - Boediono yang keluar sebagai pemenang.
Pada Pilpres 2014, ketika Prabowo menjadi cawapres bersama Hatta Rajasa, Demokrat pun tidak masuk dalam barisan Koalisi Merah Putih dan menyatakan diri sebagai partai poros tengah. Tidak hanya itu, dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin, Demokrat dan Gerindra masing-masing mengusung calon sendiri. Demokrat mengusung pasangan Agus-Sylvi, sementara Gerindra mengusung Anies-Sandiaga yang keluar sebagai pemenang.
Mencairnya politik kedua partai juga terlihat dari pernyataan Wakil Ketua Umum Demokrat Syarif Hasan yang mendampingi SBY dalam pertemuan dengan Prabowo. Syarif menjelaskan bahwa kerja sama kedua partai akan dipastikan terus berlanjut ke depannya, dan juga akan melingkupi Pilkada 2018. "Secara implisit kerja sama itu berarti juga termasuk pilkada-pilkada, namun belum ada pembicaraan khusus terkait Pilpres 2019,” tegas Syarif. (TGM)