News
Prestasi Infrastruktur “Jalan Tol Jokowi”, Warga Akui Mudik Lebaran 2018 Cepat & Lancar

MATAINDONESIA.ID, JAKARTA – Arus mudik terus meningkat dari tahun ke tahun. Tren mudik dimulai sejak awal Orde Baru karena pembangunan dipusatkan di Jakarta.
Sebelum era Jokowi, di Pulau Jawa, tradisi mudik setiap Lebaran selalu jadi momok bagi pemudik dan pemerintah karena kemacetan dan kecelakaan terus terjadi secara menahun.
Realitas tahun ini menunjukkan tradisi tersebut berubah: lebih lancar dan tertib karena Tol Trans-Jawa sampai Batang sudah bisa digunakan secara fungsional. Angka kecelakaan lalin arus mudik di H-6 pun terpantau turun drastis.
Diharapkan dengan penyelesaian Tol Trans-Jawa hingga Solo, tahun depan akan membuat kemacetan lalu lintas saat mudik Lebaran jadi sejarah masa lalu.
Berikut dibawah ini adalah sekilas ulasan dari kondisi beberapa ruas Tol baru yang mulai musim Mudik tahun ini sudah mulai di lewati masyarakat pengguna jalan.
Tol Brebes-Semarang

Pemandangan tak biasa terjadi di jalur pantura kota Tegal dimana jalan dalam kota terlihat lengang, Jumat (8/6). Hanya tampak kendaraan roda empat berplat nomor dalam kota yang melintas di jalan dalam kota.
Hal itu lantaran sebgaian besar kendaraan roda empat pemudik sudah melintas di ruas tol Brebes-Semarang yang baru saja dibuka Jumat pagi pukul 06.30 WIB.
Kondisi itu sangat berbeda dibandingkan hari sebelumnya ketika ruas tol Brebes Semarang masih ditutup.Banyak kendaraan pribadi dari luar daerah, truk, dan bus memadati jalur arteri pantura.Sejumlah kendaraan besar semisal truk dan bus dialihkan ke jalur alternatif jalan lingkar uatara tuk menghindari kepadatan lalu lintas dalam kota. Truk dan bus tidak boleh melintas ruas tol Brebes-Semarang sehingga mereka keluar di pintu tol Brebes Timur (Brexit) dan melanjutkan ke ruas pantura Brebes hingga Kota Tegal.
“Kemarin sangat padat, tapi hari ini sepi. Warga lokal jadi tidak was- was saat lewat di pantura ini,” kata seorang pengguna jalan, Sugiyanto (38).
Lanjut Sugiyanto momen seperti ini jarang terjadi saat musim mudik lebaran.
Ia mengatakan bahwa saat mudik tahun lalu hampir setiap hari jalan dalam kota ramai kendaraan bahkan hingga terjadi kecelakaan di beberapa titik.
“Kalau menjelang Lebaran kan banyak warga yang jalan- jalan beli ini beli itu, kebetulan pertokoan ada banyak di jalur pantura ini. Jadi, kalau mudik, kendaraan warga lokal sama pemudik campur aduk jadi macet,” ujar warga Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal itu.
Pemandangan Indah Tol Batang – Gringsing

Tahun lalu, Jokowi dianggap gagal di dalam menyediakan sarana dan prasarana transportasi mudik lebaran. Tentu kita ingat jalur neraka Brexit yang macet panjang, ada yang mengatakan belasan kilometer, bahkan puluhan kilometer.
Dalam keadaan panas dan macet tersebut, bahkan media asing maupun lokal menyorot akan hal ini. Kemacetan panjang ini sampai memakan belasan korban jiwa. Dari ‘kegagalan’ yang dimunculkan oleh media kaum bumi datar dan kaum radikal, tentu pemerintah pun belajar dan berbenah.
Brebes Timur (Brexit) 2016)

Ramai Lancar, Tidak Padat, Bukti Kerja Jokowi
Di dalam mengantisipasi arus mudik lebaran pada tahun 2017 hingga 2018 ini, pemerintah membuat banyak sekali jalan, baik secara fisik maupun fungsional. Pemerintah dengan luar biasa mengakomodasi setiap kebutuhan warga yang ingin mudik, khususnya di Pulau Jawa.
Kita tahu bahwa daerah DKI Jakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Maka sulit dibayangkan jika para pendatang dari luar Jakarta secara serentak keluar dari Jakarta untuk pulang ke kampung halaman mereka. Ada satu kisah yang menyentuh mengenai pengalaman pemudik.
Meski belum sepenuhnya rampung, tol Kaligangsa-Gringsing yang digunakan sebagai tol darurat dan hanya dipakai sebagai jalir alternatif dari Brebes Exit menuju Batang, tol ini memberikan kesan tersendiri bagi para pemudik. Jalan tol alternatif ini sebenarnya masih berdebu dan belum dibersihkan, namun tetap saja jalan yang dibangun di era Jokowi pun mencuri perhatian para pemudik.
Wibowo, seorang pemudik mengaku lebih memilih jalur alternatif Kaligangsa-Gringsing dibanding melalui jalur tol. Kita tahu jalan tol adalah jalan umum, maka semua kendaraan melintas di daerah sana, dan cenderung macet. Ditambah lagi, dengan melalui jalur alternatif Kaligangsa-Gringsing, para pemudik dimanjakan dengan ketidakhadiran kendaraan besar dan hamparan sawah yang berada di sekeliling tol darurat menjadi salah satu pencegah rasa jenuh saat menyetir kendaraan. Enak sekali bukan?
“Kalau jalan biasa selalu ada mobil besar atau truk kontainer, kalau lewat sini kita tenang walau debu-debu. Seneng karena lihat pemandangannya, ada miring-miringnya kayak padang pasir,” ceritanya.
Pengalaman mudik tahun ini sangat berkesan, karena memang pemerintah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari. Pemerintah yang memikirkan rakyatnya, tentu disenangi oleh rakyat.
Memang di dalam mudik, kita tidak bisa berharap terlalu tinggi, yakni lancar sepanjang jalan. Pasti ada kemacetan-kemacetan yang terjadi di simpul-simpul jalanan tertentu. Namun di dalam lebaran kali ini, Jokowi dan menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, berhasil memecah simpul-simpul kemacetan maupun bottle neck effect di berbagai pintu tol dengan sangat efektif.
Hal yang masih belum mendapat solusi adalah tol yang terdapat di pinggiran Jakarta seperti Cikarang, Bekasi, Cikampek, Padalarang. Memang di dalam infrastruktur sudah sangat baik, meskipun ada beberapa keluhan seperti antrean toilet. Ini bukan hal yang signifikan, meskipun pemerintah tetap harus mengevaluasi hal ini.
“Repotnya darurat semua, antrean toiletnya panjang banget. Padahal biasanya nggak seperti ini, tapi keren banget (mudik) tahun ini,” ucap Wibowo.
Wibowo merupakan salah satu pemudik yang menikmati hasil kerja Jokowi yang sudah dikerjakan selama tiga tahun pemerintahannya. Jokowi yang senantiasa pontang panting, ternyata tidak sia-sia. Apa yang dikerjakannya bukan sekadar pencitraan, namun perbaikan harkat dan martabat, serta kejayaan bangsa Indonesia. Jokowi mengembalikan semuanya itu, hanya di dalam tiga tahun kerjanya.
Maka di dalam harapan kami yang sebagai warga Jakarta, masih ada tujuh tahun lagi pemerintahan Jokowi di Indonesia. Hanya orang-orang yang picik, picek dan tidak bersyukur saja, tidak menginginkan Jokowi kembali memimpin Indonesia. Mereka yang tidak menginginkan Jokowi menjadi Presiden, adalah orang-orang yang tidak suka dengan perubahan. Mereka lebih menyukai status quo, yang sudah nyaman dengan era masa lalu.
Sekarang sudah berbeda total, Indonesia sudah berubah, zaman pun berkembang pesat. Orang-orang Indonesia saat ini sudah melek, tidak lagi mudah di-nina-bobo-kan oleh para penguasa bajingan yang dapat menutup mulut dan mengikat kaki rakyat jelata dengan uang. Semakin lama, orang semakin tahu niat busuk dari para politisi. Dengan uang sedikit untuk menutup mulut mereka, sebenarnya para politisi besar itu sedang meraup uang dengan jumlah yang lebih banyak lagi.