Gaya HidupHeadline

Sejarah Pembalut Wanita, Dari Serabut Kelapa hingga Bahan Katut

MATA INDONESIA, JAKARTA – Masyarakat Indonesia digemparkan dengan perilaku menyimpang pelajar Jawa Tengah, yang mengonsumsi air rebusan pembalut wanita untuk bermabuk-mabukan. Padahal pembalut merupakan kebutuhan primer kaum hawa disetiap bulan saat menstruasi datang.

Terlepas dari kasus itu, alangkah baiknya jika kita mengulas bersama perjalanan pembalut dari zaman kuno hingga zaman modern saat ini.

Asal tahu saja nih, pembalut telah ada sejak abad ke 10 zaman Yunani kuno. Dulu, perempuan Yunani menggunakan rumput kering berjenis ilalang dengan bantalan lumut.

Selain rumput kering, mereka menggunakan serabut kelapa dengan bantalan kapas untuk dijadikan pembalut. Karena serabut kelapa memiliki daya serap yang tinggi.

Ilustrasi serabut kelapa
Ilustrasi serabut kelapa

Seiring berjalannya waktu, perempuan Mesir kuno juga sudah mengenal pembalut, namun pada saat itu pembalut yang digunakan terbuat dari daun papyrus yang dilembutkan dan bentuknya seperti tampon.

Selain daun papyrus, masyarakat zaman kuno memanfaatkan kain, kapas, wol, bulu hewan dan lain sebagainya.

Kemudian pada Perang Dunia I, perempuan menggunakan kain selulosa untuk membendung darah menstruasi. Kain wol, kain perca, kertas serta kain perca tak luput menjadi pilihan kaum hawa pada masa itu.

Bahkan pada tahun 1876 perempuan menggunakan mangkuk menstruasi untuk mengalirkan darah ke mangkuk berbahan dasar karet tersebut, namun tidak semua kalangan mampu membeli mangkuk menstruasi.

Seiring berjalannya waktu, pembalut pertama dibuat oleh perawat asal Perancis. Pembalut pertama terbuat dari bubur kayu yang dapat menyerap darah dengan cepat dan dapat langsung dibuang usai memakainya.

Selanjutnya, produsen komersial meminjam ide ini untuk menjual pembalut pada awal tahun 1888 yang disebut dengan the Southball pad. Di Amerika, Johnson & Johnson mengembangkan versi mereka sendiri pada tahun 1896 yang disebut dengan Lister’s Towel: Sanitary Towel for Ladies.

Inovasi pun terjadi. Pada tahun 1960-an, pembalut yang menggunakan sabuk mulai digantikan dengan pembalut yang menggunakan lem. Lem tersebut berfungsi untuk menahan pada bagian bawah celana dalam.

Bahannya pun diganti, dari bahan serat kayu dan katun, sampai bahan-bahan lainnya seperti gel.

Bentuk pembalut pun mulai diperbaharui dari yang jenis siang dan malam, tebal dan tipis, menggunakan sayap dan tidak, menggunakan kapas atau menggunakan gel, berbagai jenis ukuran bagian belakang hingga tambahan rempah-rempah pada bagian bantalan seperti sirih, menthol, dan lain sebagainya.

Nah sudah tahu semua khan sejarah pembalut di dunia ini. Semoga bermanfaat ya gaes!!

(Sarah)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close