
MATA INDONESIA, JAKARTA-Beberapa daerah di Indonesia mengalami pergerakan tanah dan menyebabkan ruas jalan retak dan amblas. Terbaru kejadian retakan tanah terjadi di Kota Sawahlunto, Kecamatan Baringin, Desa Santur, Provinsi Sumatera Barat, Jumat 2 November 2018.
Kondisi itu langsung mendapat respon dari Peneliti bidang Geoteknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari. Menurutnya, pergerakan tanah tidak hanya bisa dipicu oleh gempa bumi, tapi juga intensitas dan durasi curah hujan yang tinggi.
Curah hujan yang tinggi ini bisa menyebabkan peningkatan volume air tanah sehingga tanah mulai tidak stabil. Kestabilan tanah mulai goyah karena peningkatan volume air tanah ini mengganggu bidang gelincir. Volume air ini mulai meningkat ketika terjadi hujan berhari-hari.
“Bidang gelincir itu suatu zona yang bidang lemahnya menyebabkan tanah itu bergerak. Kalau durasi dan intensitas tinggi maka terjadi kenaikan muka air tanah. Kenaikan itu melewati bidang gelincir,” kata Adrin.
Adrin mengatakan retaknya jalan dan rumah memang mengindikasikan pergeseran tanah. Adrin memprediksi tipe pergerakan tanah ini tidak akan menyebabkan korban jiwa.
“Biasanya kalau tipe nendatan bidang lemah itu kontak antara lapisan tanah dan lapisan batuan keras. Biasanya membentuk kemiringan yang relatif landai,” katanya.
Bentuk kemiringan ini disebut Adrin berbeda dengan tipe pergerakan luncuran yang memiliki kemiringan lebih curam. Tipe pergerakan luncuran disebutkan Adrin bisa menyebabkan korban jiwa apabila tidak ada langkah mitigasi dari pemerintah.
“Kalau misalnya batas itu menimbulkan kemiringan yang curam itu tipe luncuran. Jadi tanahnya bergerak ambles dengan cepat ke bawah,” katanya. (Tiar Munardo)