News
Semester I 2018, Investasi Singapura ke Indonesia Naik 38 Persen
Investasi Singapura ke Indonesia tercatat sebesar 5,04 miliar dolar AS

MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia masih menjadi salah satu negara tujuan utama investasi bagi para pelaku usaha Singapura. Pada semester I tahun 2018, investasi Singapura ke Indonesia tercatat sebesar 5,04 miliar dolar AS atau naik 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan sepanjang tahun 2017, penanaman modal dari Negeri Singa mencapai 8,44 miliar dolar AS. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura pada tahun yang sama juga menembus hingga 9 miliar dolar AS, yang menjadikan Negeri Singa sebagai tujuan terbesar kelima dalam pengapalan produk manufaktur nasional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, hal ini karena didukung melalui stabilitas politik dan keamanan, peningkatan indeks kemudahan berbisnis (EoDB), potensi pasar yang besar. Serta banyaknya jumlah sumber daya manusia menjadi faktor yang menarik untuk penanaman modal di Indonesia, terutama sektor industri.
“Pemerintah telah bertekad untuk semakin menciptakan iklim bisnis yang kondusif, misalnya dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi, pemberian insentif fiskal, dan kemudahan dalam perizinan usaha,” kata Airlangga seusai bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura, Chan Chun Sing di Singapura, Jumat 21 September 2018.
Pemerintah juga telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dan arah yang jelas untuk kesiapan memasuki era revolusi industri generasi keempat. Melalui implementasi industri 4.0, pihaknya meyakini dapat memacu daya saing industri agar lebih efisien, produktif, dan berkualitas.
Peningkatan kerja sama RI-Singapura ini juga diharapkan dapat saling menguntungkan dan melengkapi sehingga mampu memperkuat perekonomian kedua negara. Sebab selama 50 tahun ini, hubungan bilateral telah terjalin dengan baik terutama melalui kolaborasi peningkatan volume perdagangan dan investasi.
Menurut Airlangga, belakangan ini pihaknya aktif menarik investor Singapura ke Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah. “Saat ini, kami sudah memiliki lebih dari 43 tenant di KIK. Selanjutnya, kami tengah memfokuskan untuk pengembangan Politeknik Furnitur di kawasan tersebut,” kata dia.
Pembangunan KIK merupakan hasil kerja sama antara investor Indonesia dengan Singapura. Kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah itu diproyeksikan menyerap potensi investasi sebesar Rp 200 triliun. Pada tahap pertama, lahan yang akan digarap seluas 1.000 hektare dengan target 300 tenant dan menyerap tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang hingga tahun 2025.
“Untuk menjadi kawasan industri terpadu, pengembangan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektare. Kawasan ini akan didukung dengan pengembangan zona industri, pelabuhan, fashion city, dan permukiman,” ujarnya.
Selain itu, menurut Menperin, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di bidang pendidikan kejuruan terutama untuk mengisi kebutuhan di sektor industri. “Guru dan dosen dari Indonesia telah dikirim untuk mengikuti program pelatihan vokasi di Singapura, seperti di bidang permesinan, pembangkit listrik, dan teknik otomasi industri,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Singapura Ngurah Swajaya menyampaikan, potensi kolaborasi RI-Singapura ke depannya akan dijalin di bidang ekonomi digital seiring dengan bergulirnya era revolusi industri 4.0.
“Salah satu prioritasnya adalah pengembangan Nongsa Digital Park di Batam sebagai wujud konkret kesepakatan kedua Kepala Pemerintahan untuk menjadikan Batam sebagai ‘digital bridge’ Singapura ke Indonesia,” kata Swajaya. (Tian)