Film pendek berjudul ‘Kau Adalah Aku yang Lain’ merupakan film pilihan yang menjadi juara satu dalam lomba Police Movie Festival ke-4 pada 10 Juni 2017 lalu.
Dalam film pendek yang berdurasi delapan menit itu, menceritakan tentang toleransi dalam hal perbedaan keyakinan.
Sejatinya film yang dibuat oleh Anto Galon tersebut dibuat karena ingin menggambarkan bahwa agama Islam memiliki toleransi dan lembut kepada siapapun.
Akan tetapi, ada beberapa pihak yang merasa bahwa film tersebut mentudutkan golongan tertentu.
Karena itulah, untuk menanggapi berbagai pandangan yang pro dan kontra terhadap video ini, Inspektur Jendral Setyo Wasisto selaku Kepala Divisi Humas Polri meminta agar masyarakat menonton film pendek yang berdurasi selama 8 menit tersebut secara utuh, supaya tidak menimbulkan adanya perbedaan tafsir.
“Cobalah dilihat secara utuh. Apabila dilihat sepenggal – sepenggal, tentu bisa berbeda penafsirannya. Oleh karena itu, haruslah dihargai bahwasannya itu merupakan hasil karya seni,” ungkap Setyo
Secara singkat, dalam film tersebut salah seorang polisi meminta kepada panitia keagamaan untuk membukakan jalan karena ambulance membawa seseorang yang sedang kritis.
Jadi, janganlah kita hanya fokus pada skenarionya saja, tapi soal pesan terdalam dari video tersebut.
Film tersebut menggambarkan bahwa siapapun dan golongan manapun berhak atas kemanusiaan yang sama. Ini merupakan tantangan bagi kita untuk membuktikan bahwa kita memang benar-benar menghormati kemanusiaan. Kemanusiaan itu terjadi karena tenggang rasa dan saling menghormati sama lainnya.
Karena itulah dalam film ini, penyelesaian akhirnya adalah adanya kebahagiaan dari rasa toleransi yang ada antar umat beragama.
Memang, melihatnya tergantung pada hati dan pikiran masing-masing individu. Inilah saatnya kita mulai mengintrospeksi diri melihat kemanusiaan tanpa memandang perbedaan suku, agama dan ras.
Oleh karena itu, kita harus menjauhkan diri dari segala fitnah dan membuktikan diri kita bahwa semua agama itu indah, apalagi hidup berdampingan dengan rukun dan damai menambah makna dari “Bhinneka Tunggal Ika” kita, arti sesungguhnya dari Pancasila.