Tuban (MI) - Pemerintah melalui Ditjen Migas Kementerian ESDM terus berupaya melakukan diversifikasi energi melalui program konversi BBM ke LPG yang menyasar kepada para nelayan kecil. Pembagian konverter kit (konkit) gratis merupakan salah satu caranya.
Kendati demikian, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan kemampuan anggaran negara untuk menyediakan paket konkit untuk nelayan sangat terbatas apabila dibandingkan dengan jumlah nelayan kecil di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, usulan maupun pelaksanaan pembagian konkit harus dilaksanakan berdasarkan skala prioritas.
"Proses penentuan lokasi pembagian konkit merupakan kerja sama yaitu Kabupaten, Kementerian ESDM dan DPR RI. Kalau dilihat dari jumlah nelayan yang terbatas, kita bagi (konkit) berdasarkan skala prioritas," ujar Ego dalam keterangan tertulis, Kamis (21/9/2017).
Ditjen Migas menugaskan PT Pertamina (Persero) untuk melaksanakan program penyediaan, pendistribusian, dan pemasangan Paket Perdana LPG untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil di berbagai daerah seluruh Indonesia sejak 2016. Menurut Ego, program konversi BBM ke LPG bukan hanya menjadi tugas Pemerintah saja, tetapi juga membutuhkan partisipasi dan kerja sama semua pihak.
"Semua pihak harus terlibat dalam penyediaan alokasi gas bumi, ketersediaan dan pengoperasian infrastruktur untuk penyediaan, dan pendistribusian LPG, serta jaminan ketersediaan LPG bagi para nelayan kecil," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, badan usaha milik negara dan swasta dapat terlibat dalam penyediaan dan pendistribusian LPG untuk nelayan yang optimal. Selain itu, diperlukan juga keterlibatan badan usaha untuk layanan pemeliharaan konverter kit dan mesin kapal nelayan pengguna LPG, sehingga penggunaan LPG oleh para nelayan dapat dirasakan manfaatnya secara berkesinambungan.
Di samping itu, pemerintah akan mendukung dalam seluruh aspek, yaitu aspek regulasi yang menjamin kepastian alokasi gas bumi untuk bahan baku kilang LPG, mendorong badan usaha untuk senantiasa menyediakan, dan mendistribusikan LPG kepada nelayan, menetapkan harga gas bumi dan harga LPG yang optimum, menyiapkan porsi subsidi yang tepat sasaran untuk mendukung program konversi terjadi.
"Kemudian, sebagai langkah pendorong dan memasyarakatkan pemanfaatan LPG untuk nelayan, Pemerintah juga mendukung konversi dengan mendistribusikan konverter kit BBM ke LPG secara gratis," tambahnya.
LPG dipilih sebagai energi alternatif yang dapat digunakan oleh nelayan karena sudah familiar di masyarakat serta kinerja mesin penggerak yang menggunakan LPG relatif sama dengan motor berdaya rendah.
Program konversi BBM ke LPG untuk nelayan juga bertujuan memberikan energi yang murah, bersih, aman, dan ramah lingkungan. Selain itu, juga membantu ekonomi masyarakat nelayan agar lebih sejahtera.
Nelayan yang berhak menerima konkit nelayan harus memenuhi persyaratan, antara lain memiliki kapal dengan ukuran 5 GT, berbahan bakar bensin, memiliki daya mesin lebih kecil atau sama dengan 13 HP, menggunakan jenis alat tangkap yang ramah lingkungan serta belum pernah menerima bantuan sejenis.
Program pembagian paket perdana konverter kit BBM ke LPG dikhususkan untuk nelayan kecil dengan aktivitas mencari ikan sekitar 10 jam perhari atau bisa disebut one day fishing. Paket konversi BBM ke LPG yang akan dibagikan adalah menggunakan mesin penggerak berbahan bakar bensin, tabung LPG 2 unit beserta isinya, konverter kit berikut aksesorisnya (reducer, regulator, mixer, dan lainnya) serta as panjang dan baling-baling.
Penggunaan LPG dibandingkan BBM untuk nelayan kecil mendatangkan manfaat ekonomi yang besar. Berdasarkan penelitian dan pengalaman lapangan, penggunaan 1 tabung LPG 3 kg dapat disetarakan dengan 7 liter bensin, sehingga apabila unsur subsidi ditiadakan dalam perhitungan keekonomian, maka perbandingan nilai pengeluaran yang menjadi beban nelayan adalah Rp 33.000 (harga 3 kg LPG non-subsidi) berbanding dengan Rp. 52.500 (harga 7 liter Bensin non-subsidi/Pertalite).
Dengan demikian, terdapat selisih sebesar Rp. 19.500 yang dapat disisihkan untuk setiap penggunaan satu tabung LPG 3 kg pada saat nelayan mencari ikan. Penghematannya mencapai 50-60%.
Pembagian Konkit Gratis di Tuban
Belakangan sebanyak 566 paket perdana konverter kit (konkit) dibagikan kepada nelayan Desa Suko, Widang, Jenu dan Bancar, Kabupaten Tuban secara gratis.
Pembagian konkit untuk nelayan di Tuban ini diberikan secara simbolis oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Ego Syahrial serta Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Yudha.
Hadir pula dalam acara ini, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Alimuddin Baso dan Region Manager Domestic Gas MOR V, Y. Hardjono dan wakil dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tuban.
Ini merupakan kali kedua nelayan di kota Tuban memperoleh bantuan paket konkit secara gratis. Sebelumnya pada tahun 2016, sebanyak 330 paket konkit telah dibagikan ke nelayan di Tuban.
Nelayan Tuban yang tahun ini mendapat 566 paket perdana konkit merupakan terbesar dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
Pada tahun 2017, dibagikan 16.981 paket konkit dengan anggaran Rp 120,92 miliar untuk 26 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Demak, Pasaman Barat, Banyuwangi, Jembrana, Tuban, Lombok Barat, Lombok Timur, Makasar, Gorontalo, Karangasem, Pasuruan, Cilacap, Sukabumi, Probolinggo, Mamuju, Labuhan Batu, Agam, Pemalang, Pekalongan, Lamongan, Malang, Maros, Jeneponto, Sopeng dan Kota Padang, Makassar, dan Surabaya.
Pada tahun lalu, Pemerintah telah mendistribusikan 5.473 unit paket perdana konverter kit di 10 Kota/Kabupaten pada 5 provinsi. (FC)