Gaya Hidup
Stres Kerja, Warga Korsel Rela Bayar Rp 1,3 Juta Semalam untuk Dipenjara

MATA INDONESIA, JAKARTA-Bagi kebanyakan orang, penjara adalah tempat yang menyeramkan dan sangat dihindari. Namun, berbeda bagi warga Korea Selatan (Korsel) yang ingin sekali bermalam di hotel prodeo tersebut untuk beristirahat dari tuntutan rutinitas.
Cara seperti itu, merupakan hal baru yang dilakukan warga Korsel untuk memanjakan diri. Ya, penjara yang dinamai ‘The Prison Inside Me’ adalah penjara buatan bagi warga Korsel yang ingin melepaskan penat dari beragam aktivitas kerja. Selama 24 jam mereka akan terisolir dari hal-hal dunia luar, termasuk aktivitas internetan.
Mengutip dari TRT World, fasilitas penjara buatan di Hongceon, ini telah dibuka sejak 2013. Dan telah menerima lebih dari 2.000 pelanggan dari berbagai kalangan seperti pelajar hingga pekerja yang mencari ketenangan dalam sel tahanan.
Untuk menginap di “sel isolasi” penjara ini, pengunjung dikenai tarif sebesar 90 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 juta untuk 24 jam.
Beban moril dan budaya kerja di Korea Selatan yang menuntut kinerja yang sempurna. Kerap menjadi salah satu faktor angka kematian bunuh diri terbanyak di Korsel, hal itulah yang mendasari seseorang untuk mencari ketenangan dalam sebuah sel tahanan.
Layaknya sebuah penjara pada umumnya, para pengunjung atau dalam hal ini disebut para napi tak diperbolehkan untuk menggunakan sejumlah benda elektronik, bahkan cermin sekalipun selama hampir 24 jam.
Nantinya, para pengunjung akan di tempatkan dalam sel tahanan berukuran 28 meter persegi yang berisikan sebuah tikar yoga dan sebuah buku harian. Mereka yang mengikuti tur ini juga akan mendapat pakaian layaknya narapidana dan akan mendapatkan makanan lewat lubang khusus dari pintu-pintu sel.
Selama di dalam fasilitas penjara, para pengunjung akan mengikuti kegiatan spriritual bersama pengunjung lainnya untuk menghayati situasi dalam penjara. Tak sedikit pengunjung yang mengikuti program ini mengaku rileks karena bisa melarikan diri dari penatnya tekanan pekerjaan yang dialaminya.
Pendiri fasilitas penjara, Noh Ji-hyang mengatakan program rileksasi ini terinspirasi dari pekerjaan suaminya yang sebagai jaksa dan harus bekerja lebih dari 100 jam dalam sepekan. Tekanan pekerjaan yang sulit membuatnya beranggapan jika tinggal dalam sebuah sel penjara akan lebih menyenangkan daripada dunia kerja.
“Awalnya orang mengatakan pasti sulit tinggal di dalam sel penjara. Namun, setelah mencoba, mereka mengatakan ini bukanlah penjara. Penjara sesungguhnya adalah dunia tempat mereka akan kembali,” ujar Ji-hyang.
Menurut hasil studi dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menemukan bahwa rakyat Korea Selatan bekerja rata-rata selama 2.024 jam sepanjang 2017. Fakta ini menunjukkan bangsa Korea Selatan sebagai bangsa pekerja paling keras di Asia.
Bahkan pemerintah Korsel, sampai mengeluarkan kebijakan agar perusahaan memotong jam kerja pegawainya dari 68 jam menjadi 52 jam per minggu.
Hal ini pula yang memicu tingka bunuh diri warga Korea Selatan dua kali lipat lebih tinggi dibanding Amerika Serikat. Dengan rata-rata 12.000 warga Korsel meninggal karena bunuh diri akibat kompetisi kerja yang terlalu tinggi.