
MATA INDONESIA, JAKARTA – Kedatangan wartawan senior New York Times untuk mewawancarainya secara khusus sudah membuat seorang Sutopo Purwo Nugroho sangat kaget. Apalagi hasil wawancaranya ditempatkan di posisi yang spesial yaitu rubrik ‘The Saturday Profile New York Times’ 28 Desember 2018, menunjukkan warga Amerika Serikat sangat terinsipirasi sepak terjang “orang Boyolali” itu dalam mengusir hoax bencana alam selama ini.
Memang tidak sembarang orang bisa dijadikan content halaman itu. Biasanya hanya orang-orang dengan ketokohan tingkat dewa dan sangat mengispirasi warga negara Paman Sam saja yang kisahnya akan dipampang di situ.
Berarti Sutopo memang lebih layak menjadi tokoh di bidangnya karena pengakuan akan hasil kerjanya diakui banyak orang bukan saja di dalam negeri tetapi di manca negara sehingga surat kabar Singapura Strait Times menganugerahinya sebagai “Man of The Year 2018”
Itu juga diakui Richard C. Paddock, wartawan Ney York Times yang menemuinya untuk melakukan wawancara khusus karena warga Amerika Serikat banyak yang mengapresiasi sepak terjangnya memerangi hoax bencana.
“Kita orang Amerika banyak yang simpati, respek dan memberikan apresiasi apa yang Pak Topo lakukan. Itulah alasan saya datang kesini,” demikian pernyataan Richard C. Paddock yang diungkapkan Sutopo melalui keterangan tertulisnya, Minggu 30 Desember 2018.
Hal yang menginspirasi dari Sutopo menurut Richard karena dia bekerja tak kenal lelah memerangi hoax sambil memerangi rasa sakit akibat kanker paru-paru stadium 4B yang dideritanya.
Menurut Richard, umumnya survivor kanker, apalagi sudah level kritis, lebih banyak berdiam di rumah atau di rumah sakit. Tetapi Sutopo menunjukkan hal lain, dia masih semangat bekerja melayanai setiap jurnalis maupun publik yang ingin mengetahui kondisi terkini tentang bencana alam yang sedang terjadi agar tidak ada informasi hoax.
Richard bahkan mengaku menjadi follower akun twitter Sutopo_PN. Dia sangat kagum karena kecepatan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB itu menyebarkan informasi soal bencana lengkap dengan ilustrasinya baik foto maupun video.
Jurnalis senior itu mengaku tidak pernah ada informasi soal bencana secepat itu di Amerika Serikat. Data dan informasinya bahkan sangat sulit diakses.
Begitu lah akhirnya Richard berhasil mewawancarai Sutopo dan menuliskannya dalam 1477 kata.
Di akhir tulisan berjudul “He Helped Indonesia Through a ‘Year of Disasters,’ While Facing His Own,” itu, tertulis harapan Sutopo setelah berhasil bertemu Presiden Jokowi dan penyanyi Raisa Andriana.
Richard pun bertanya siapa lagi orang spesial yang ingin ditemui Sutopo setelah mereka.
“Bukan Donald Trump,” katanya. “Obama.” Begitu Richard menutup tulisannya tentang influencer Indonesia bagi masyarakat Amerika Serikat. (Nefan Kristiono)