Kisah
Syafii Maarif: Intoleransi Karena Ideologi Impor yang Salah Arah

Jakarta (MI) – Buya Syafii Maarif menyebutkan intoleransi di Indonesia berkembang karena ada dua hal, yaitu soal keadilan sosial yang belum terwujud dan adanya ideologi impor yang salah arah.
“Mengapa bagian dari bumi Indonesia ini subur untuk kelompok yang tidak toleran, bahkan yang radikal, teror? Itu ada dua sebab. Pertama belum terwujudnya prinsip keadilan sosial ekonomi, kedua ada ideologi impor (Arabisme). Jadi Arabisme yang salah arah, dan sebagian kecil orang Indonesia menganggap itu seperti Islam,” ujar Buya Syafii Maarif usai menghadiri dialog antar tokoh agama dalam rangkaian acara Asian Youth Day (AYD) ke-7 di Hotel Jayakarta Yogyakarta, Kamis (3/8/2017).
Menurutnya, tidak selalu orang Arab yang pandai bertutur bahasa Arab, paham dengan ajaran Islam. Bahkan, sebagian orang Arab juga memusuhi kelompok radikal.
“Padahal orang Arab yang mengerti bahasa Arab, belum tentu mengerti Islam. Juga tidak semua orang Arab itu menyetujui kelompok radikal, itu juga musuh mereka,” imbuhnya.
Buya melanjutkan, kelompok radikal sedang mengingkari Al-Quran Surat Yunus ayat 99. Sehingga mereka bertindak sewenang-wenang kepada pemeluk agama lain.
“Surat Yunus ayat 99 (berbunyi) ‘Sekiranya Tuhanmu menghendaki, maka berimanlah seluruh penduduk bumi. Apakah Engkau (Muhammad) ingin memaksa manusia beriman’,” kata Buya.
Dalam ayat ini secara tegas disebutkan bila perbedaan adalah kehendak Tuhan. Bila Tuhan berkehendak, kata Buya, semua penduduk bumi beriman, dengan mudahnya itu dilakukan.
“Jadi Alquran itu kitab suci yang paling toleran, asal ditafsirkan dan difahami secara benar,” ungkap Buya.
Namun kenyataannya, menurut Buya sebagian kecil umat Islam tidak menjadikan Al-Quran Surat Yunus ayat 99 sebagai acuan. Sehingga muncul tindakan intoleran.
“Tapi yang celaka adalah sebagian orang tidak mau mengacu kepada ayat itu, tapi mengacu syahwat kekuasaan,” tuturnya. (RSD/AVR)